Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa negaranya tidak akan berperang dengan siapa pun, dan akan berusaha untuk mencegah negara lain melakukan konflik bersenjata dengan Rusia.
Hal tersebut diucapkannya di tengah memanasnya hubungan dengan Turki terkait situasi di Suriah.
Baca Juga: Kian memanas, Turki menyatakan serangan balasan besar-besaran terhadap Suriah
“Kami tidak akan berperang melawan siapa pun. Kami akan menciptakan kondisi sehingga tidak ada yang mau berperang melawan kami,” kata Putin kepada kantor berita Rusia TASS seperti dikutip Reuters.
“Selain itu, pengeluaran tahunan kami turun. Sebaliknya, pengeluaran [militer] negara lain telah meningkat,” katanya.
Komentar Putin ini muncul dengan latar belakang meningkatnya ketegangan di Suriah antara pasukan pemerintah yang didukung oleh Rusia dan pasukan Turki dan kelompok pemberontak di provinsi barat laut Idlib.
Pasukan pemerintah di bawah Presiden Suriah Bashar al-Assad ingin merebut wilayah yang berbatasan dengan Turki tersebut. Idlib dipandang sebagai provinsi besar terakhir yang sebagian besar masih di bawah kendali pemberontak.
Baca Juga: Makin panas, Turki sudah hancurkan 8 helikopter, 103 tank, 72 peluncur roket Suriah
Turki, sementara itu, mendukung beberapa kelompok pemberontak yang menentang Assad dan tidak ingin menyerahkan kendali atas perbatasan di tengah kekhawatiran akan munculnya gerombolan pengungsi yang melarikan diri dari konflik.
Sudah ada lebih dari tiga juta pengungsi Suriah di Turki dan negara itu mengatakan tidak bisa mengatasinya.
Ketegangan antara Turki dan Suriah makin meningkat pada minggu lalu ketika 34 tentara Turki tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh pasukan Suriah.
Pada hari Minggu, ketika Turki melancarkan operasi pembalasan yang disebut ‘Operation Spring Shield’, 19 tentara Suriah tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Idlib.
Baca Juga: Militer Turki tembak jatuh dua jet tempur Suriah, konflik di Idlib kian panas
Kini ada kekhawatiran tentang seberapa jauh Rusia bisa terlibat dalam perselisihan yang menandai babak baru dalam perang saudara selama sembilan tahun di Suriah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Rusia telah berkomunikasi secara teratur mengenai meningkatnya ketegangan. Kedua belah pihak sendiri menekankan pentingnya peningkatan efektivitas koordinasi antara kementerian pertahanan Rusia dan Turki.