Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terdengar optimistis tentang prospek kesepakatan perdagangan dengan China pada hari Selasa. Bahkan ketika pemerintahannya menyiapkan tarif 25% untuk semua impor China yang tersisa tanpa ada pembicaraan baru yang dijadwalkan.
Dalam tweet di pagi hari, Trump melanjutkan agenda "Amerika Pertama" untuk mendukung tarif yang lumayan dan meminta perusahaan-perusahaan AS untuk mendukungnya dengan mengalihkan bisnis mereka dari China. Tetapi dia juga melunakkan nada bicaranya pada kedelai dan produk pertanian lainnya, meminta Beijing untuk bertindak.
"Ketika waktunya tepat, kami akan membuat kesepakatan dengan China," kata Trump. "Itu semua akan terjadi, dan jauh lebih cepat daripada yang dipikirkan orang!"
“Mudah-mudahan China akan melakukan kehormatan bagi kami untuk terus membeli produk pertanian kami yang terbaik, tetapi jika tidak Negara Anda akan membuat perbedaan,” tulisnya dalam posting yang ditujukan kepada petani AS secara langsung.
Trump mengatakan pada hari Senin bahwa ia berharap bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan puncak para pemimpin G20 di Jepang pada akhir Juni.
Berdasarkan jadwal yang dipercepat yang ditetapkan oleh kantor Perwakilan Dagang AS (USTR) pada Senin malam, Trump akan berada dalam posisi meluncurkan tarif 25% untuk barang-barang China senilai US$ 300 miliar lainnya ketika ia bertemu dengan Xi, menambah potensi memanasnya perang dagang.
USTR mengatakan, akan mengadakan dengar pendapat publik tentang daftar tarif pada 17 Juni, dengan pendapat akhir akan dilakukan tujuh hari kemudian. Daftar ini mencakup berbagai barang konsumen, dari ponsel dan komputer hingga pakaian dan alas kaki, tetapi tidak termasuk obat-obatan, beberapa senyawa khusus dan mineral langka.
Ketika negosiasi untuk menyelesaikan perang dagang AS-China terhenti minggu lalu, Trump meningkatkan tekanan dengan meningkatkan tarif pada hari Jumat menjadi 25% dari 10% pada daftar impor China sebelumnya yang bernilai US$ 200 miliar.
China membalas pada hari Senin dengan tarif yang lebih tinggi pada daftar revisi produk senilai AS US$ 60 miliar.
Prospek ekonomi global yang tergelincir akibat ulah Amerika Serikat dan China telah mengguncang investor dan memicu aksi jual tajam di pasar ekuitas dalam sepekan terakhir.