kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,93   -12,58   -1.37%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ukraina Tak Lagi Ngotot Jadi Anggota NATO dan Siap Berdialog, Invasi Rusia Berakhir?


Rabu, 09 Maret 2022 / 12:24 WIB
Ukraina Tak Lagi Ngotot Jadi Anggota NATO dan Siap Berdialog, Invasi Rusia Berakhir?
ILUSTRASI. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menghadiri wawancara dengan media asing di Kyiv, Ukraina, Kamis (3/3/2022). Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS.


Sumber: Channel News Asia,Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, dia tidak lagi mendesak Ukraina untuk menjadi anggota NATO, masalah sensitif yang menjadi salah satu alasan Rusia menyerang tetangganya yang pro-Barat.

Dalam anggukan lain yang ditujukan untuk menenangkan Moskow, Zelenskyy mengatakan, dia terbuka untuk "berkompromi" pada status dua wilayah pro-Rusia yang memisahkan diri, yang diakui Presiden Vladimir Putin sebagai independen sebelum melepaskan invasi pada 24 Februari.

"Saya telah tenang mengenai pertanyaan ini sejak lama, setelah kami memahami bahwa NATO tidak siap untuk menerima Ukraina," kata Zelenskyy dalam sebuah wawancara yang disiarkan Senin (7/3) malam di ABC News, seperti dikutip Channel News Asia.

"Aliansi takut akan hal-hal kontroversial, dan konfrontasi dengan Rusia," ungkap dia.

Mengacu pada keanggotaan NATO, Zelenskyy menyebutkan melalui seorang penerjemah, dia tidak ingin menjadi Presiden dari "negara yang memohon sesuatu dengan berlutut".

Baca Juga: Rusia Merilis Daftar Negara yang Tidak Bersahabat, Siapa Saja?

Rusia mengajukan 4 syarat untuk hentikan invasi

Ketika ABC News bertanya kepadanya tentang permintaan Rusia, Zelenskyy menyatakan, dia terbuka untuk berdialog. "Saya berbicara tentang jaminan keamanan," katanya.

Dia mengungkapkan, kedua wilayah pro-Rusia di Ukraina, "belum diakui oleh siapa pun kecuali Rusia, republik semu ini. Tetapi, kami bisa mendiskusikan dan menemukan kompromi tentang bagaimana wilayah ini akan terus hidup".

"Yang penting bagi saya adalah, bagaimana orang-orang di wilayah itu akan hidup yang ingin menjadi bagian dari Ukraina, yang di Ukraina akan mengatakan bahwa mereka ingin mereka masuk," ujar Zelenskyy.

"Jadi, pertanyaannya lebih sulit dari sekadar mengakuinya," sebut dia.

Baca Juga: Xi Jinping: China Sedih Melihat Api Perang Menyala Kembali di Eropa

"Ini adalah ultimatum lain dan kami tidak siap untuk ultimatum. Yang perlu dilakukan adalah Presiden Putin mulai berbicara, memulai dialog daripada hidup dalam gelembung informasi tanpa oksigen," imbuhnya.

Sebelumnya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada Senin (7/3), Rusia telah menyampaikan kepada Ukraina, siap untuk menghentikan operasi militer "dalam sekejap" jika Kyiv memenuhi empat syarat.

Pertama, Ukraina segera menghentikan aksi militernya. Kedua, mengubah konstitusinya untuk menetapkan kebijakan netralitas. Ketiga, mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia. Dan keempat, mengakui Donetsk dan Lugansk sebagai negara merdeka.

Peskov mengungkapkan kepada Reuters dalam sebuah wawancara telepon, Ukraina sudah mengetahui kondisi tersebut. "Dan, mereka diberitahu bahwa semua ini bisa dihentikan dalam sekejap," ungkapnya. 




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×