kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

UNCTAD: Kenaikan tarif impor berpotensi kembali memicu perang dagang China-AS


Selasa, 05 Februari 2019 / 18:25 WIB
UNCTAD: Kenaikan tarif impor berpotensi kembali memicu perang dagang China-AS


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD), sebuah lembaga perdagangan dan pembangunan di bawah PBB, memperingatkan adanya efek negatif jika perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China berlanjut.

Dilansir dari Reuters, Selasa (5/2), AS berencana kembali menaikkan tarif masuk atas barang impor China pada bulan depan jika tidak ada kesepakatan dari kedua negara. Menurut studi UNCTAD, hal ini akan memicu kemerosotan ekonomi dan menyebabkan ekspor China sebesar US$ 200 miliar akan diambil oleh negara-negara lain.

Amerika Serikat memungut bea tambahan antara 10% dan 25% atas barang-barang China senilai US$ 250 miliar paa tahun lalu dengan alasan China menjalankan praktik perdagangan yang tidak adil. Adapun tarif impor 10% tersebut akan dinaikan menjadi 25% kecuali ada kemajuan signifikan pada kesepakatan perdagangan sebelum 1 Maret 2019.

“Implikasinya akan sangat besar dan berdampak bagi seluruh sistem perdagangan internasional yang juga akan berpengaruh negatif,” kata Kepala Perdagangan Internasional UNCTAD Pamela Coke Hamilton.

Dia mengatakan, kenaikan tarif AS dan langkah pembalasan oleh China akan memicu penurunan ekonomi karena ketidakstabilan di pasar komoditas dan keuangan. Sementara langkah perusahaan untuk beradaptasi akan memberikan tekanan pada pertumbuhan global.

“Akan ada perang mata uang dan devaluasi, stagflasi yang mengarah pada kehilangan pekerjaan dan pengangguran yang lebih tinggi dan lebih penting, kemungkinan efek penularan, atau apa yang kita sebut efek reaksioner, yang mengarah ke riam langkah distorsi perdagangan lainnya,” paparnya.

Hal ini juga berakibat buruk bagi negara-negara kecil, yang akan menjadi lebih miskin sehingga mereka harus berjuang untuk mengatasi guncangan secara eksternal. Di samping itu, biaya perdagangan antara AS-China yang lebih tinggi akan mendorong perusahaan untuk beralih dari rantai pasok Asia Timur saat ini.

Namun, dampak pengenaan tarif itu tidak akan menguntungkan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan AS akan menangkap hanya 6% dari US$ 250 miliar nilai ekspor China yang terpengaruh. Sementara perusahaan-perusahaan China akan mempertahankan 12%, meskipun dengan biaya perdagangan yang lebih tinggi.

Negara-negara lain diperkirakan akan menangkap 82% dari nilai ekspor China US$ 250 miliar dan 85% dari ekspor AS senilai U$ 85 yang dikenai tarif.

“Uni Eropa akan menangkap US$ 70 miliar dari perdagangan AS-China. Jepang, Meksiko, dan Kanada masing-masing akan memperoleh lebih dari US$ 20 miliar," pungkasnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×