kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Uni Eropa Kerek Tarif Mobil Listrik China, Produsen Mobil Eropa Resah & Gelisah


Kamis, 13 Juni 2024 / 08:23 WIB
Uni Eropa Kerek Tarif Mobil Listrik China, Produsen Mobil Eropa Resah & Gelisah
ILUSTRASI. Keputusan Uni Eropa untuk menerapkan tarif pada kendaraan listrik China dapat berdampak luas bagi produsen mobil Eropa. REUTERS/Yves Herman


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LONDON. Keputusan Komisi Eropa untuk menerapkan tarif pada kendaraan listrik impor asal China dapat berdampak luas bagi produsen mobil Eropa.

Pasalnya, kemungkinan terjadinya perang dagang tidak hanya akan merugikan bisnis mereka di China, tetapi juga impor mobil buatan China.

Mengutip Reuters, produsen mobil Jerman khususnya, akan mengalami banyak kerugian di China. Dan pengumuman pada hari Rabu (12/6/2024) oleh Komisi Uni Eropa membuat mereka resah dan gelisah. 

Bahkan CEO BMW Oliver Zipse menggambarkan kebijakan tersebut sebagai "cara yang salah".

Pengenaan tarif kendaraan listrik buatan China hingga 38,1% – setara dengan miliaran euro – akan diberlakukan mulai bulan Juli 2024. 

Namun hal ini tidak akan menghalangi produsen mobil China untuk mengekspor ke Eropa karena mereka dapat menyerap biaya tambahan dan tetap memperoleh keuntungan.

Sebagian besar produsen mobil China tetap tak bersuara setelah tarif diumumkan. Akan tetapi produsen kendaraan listrik Nio mengatakan bahwa meskipun mereka menentang keputusan tersebut, komitmennya terhadap pasar kendaraan listrik di Eropa tetap akan berjalan.

Baca Juga: Beijing Meradang, Uni Eropa Jegal Mobil Listrik China dengan Kenaikan Tarif

Selain itu, BYD dan Chery dari China juga telah mengumumkan rencana untuk memproduksi mobil di Eropa.

Will Roberts, kepala penelitian otomotif di Rho Motion, mengatakan bahwa meskipun produsen mobil Tiongkok memiliki ruang untuk menyerap tarif, ujian sebenarnya dari pengumuman kali ini adalah apakah Beijing akan membalas dengan cara yang sama.

“Produsen Eropa masih bergantung pada pasar Tiongkok, sehingga penurunan keuntungan dari negara-negara Timur hanya akan memperlambat kemampuan mereka untuk melakukan transisi secara efektif ke kendaraan listrik," tambahnya.

Ini telah menjadi permainan berisiko tinggi bagi para produsen mobil Jerman.

Baca Juga: Uni Eropa Kenakan Tarif Tambahan Hingga 38% untuk Mobil Listrik China

China menyumbang hampir 32% penjualan BMW pada kuartal pertama dan sekitar 30% untuk rivalnya Volkswagen dan Mercedes-Benz.

Oleh karena itu, tindakan pembalasan dapat merugikan perusahaan-perusahaan tersebut.

VW mengatakan “dampak negatif” dari tarif tersebut lebih besar daripada potensi manfaatnya bagi industri otomotif Eropa dan khususnya Jerman.

CEO Mercedes Ola Kaellenius mengatakan pencabutan pembatasan dan perluasan perdagangan yang adil dan bebas telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi. 

"Jadi kita tidak boleh mengambil ke arah lain sekarang," jelasnya.

Namun tarif tersebut juga akan berdampak pada mobil-mobil yang dibuat oleh produsen mobil Eropa di Tiongkok untuk konsumen Eropa.

Renault, misalnya, mengimpor Dacia Spring EV buatan Tiongkok yang terjangkau ke Eropa. Dan mitra usaha patungannya di Tiongkok, Dongfeng, termasuk dalam daftar perusahaan yang kemungkinan akan terkena tarif sebesar 21%.

Baca Juga: China Tak Akan Tinggal Diam Jika Uni Eropa Kenakan Tarif pada Kendaraan Listrik

Renault tidak mengomentari pengumuman tarif UE.

Tesla mengimpor EV buatan China ke Eropa dan BMW mengimpor Mini EV dan iX3.

Industri otomotif Eropa juga bergantung pada komponen China, khususnya untuk kendaraan listrik, karena Tiongkok mendominasi sebagian besar rantai pasokan.

Berbicara kepada para analis bulan lalu, CEO BMW Zipse memperingatkan bahwa memicu perang dagang dapat berdampak buruk bagi transisi ke kendaraan listrik karena tidak mungkin membuat mobil di Eropa tanpa impor dari China.

“Tidak ada Green Deal di Eropa tanpa sumber daya dari China,” kata Zipse.




TERBARU
Kontan Academy
Sales Mastery [Mau Omzet Anda Naik? Ikuti Ini!] Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×