Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
China menyumbang hampir 32% penjualan BMW pada kuartal pertama dan sekitar 30% untuk rivalnya Volkswagen dan Mercedes-Benz.
Oleh karena itu, tindakan pembalasan dapat merugikan perusahaan-perusahaan tersebut.
VW mengatakan “dampak negatif” dari tarif tersebut lebih besar daripada potensi manfaatnya bagi industri otomotif Eropa dan khususnya Jerman.
CEO Mercedes Ola Kaellenius mengatakan pencabutan pembatasan dan perluasan perdagangan yang adil dan bebas telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi.
"Jadi kita tidak boleh mengambil ke arah lain sekarang," jelasnya.
Namun tarif tersebut juga akan berdampak pada mobil-mobil yang dibuat oleh produsen mobil Eropa di Tiongkok untuk konsumen Eropa.
Renault, misalnya, mengimpor Dacia Spring EV buatan Tiongkok yang terjangkau ke Eropa. Dan mitra usaha patungannya di Tiongkok, Dongfeng, termasuk dalam daftar perusahaan yang kemungkinan akan terkena tarif sebesar 21%.
Baca Juga: China Tak Akan Tinggal Diam Jika Uni Eropa Kenakan Tarif pada Kendaraan Listrik
Renault tidak mengomentari pengumuman tarif UE.
Tesla mengimpor EV buatan China ke Eropa dan BMW mengimpor Mini EV dan iX3.
Industri otomotif Eropa juga bergantung pada komponen China, khususnya untuk kendaraan listrik, karena Tiongkok mendominasi sebagian besar rantai pasokan.
Berbicara kepada para analis bulan lalu, CEO BMW Zipse memperingatkan bahwa memicu perang dagang dapat berdampak buruk bagi transisi ke kendaraan listrik karena tidak mungkin membuat mobil di Eropa tanpa impor dari China.
“Tidak ada Green Deal di Eropa tanpa sumber daya dari China,” kata Zipse.