Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para menteri perdagangan Uni Eropa telah sepakat untuk memberlakukan tarif yang sangat tinggi untuk biji-bijian dan produk pertanian lainnya dari Rusia dan Belarusia mulai 1 Juli 2024.
Tarifnya adalah 95 euro (US$102,76) per ton untuk sereal dan 50 persen dari nilainya untuk biji minyak. Tarif juga akan berlaku untuk pelet bubur bit dan kacang polong kering. Keputusan para menteri pada hari Kamis ini menyusul proposal dari Komisi Eropa pada tanggal 22 Maret.
Pengumuman tarif baru ini dengan cepat menuai penolakan dari Rusia.
"Pesan-pesan baru dari Uni Eropa masih harus dianalisis, tetapi ideologi mereka jelas, mereka ingin menyingkirkan Rusia dari segala hal," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada para wartawan dalam konferensi pers mingguan.
Baca Juga: Moskow Siapkan Aksi Pembalasan ke Uni Eropa atas Larangan 4 Media Rusia
Vincent Van Peteghem, menteri keuangan Belgia, yang memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa, mengatakan bahwa tarif baru ini dimaksudkan untuk menghentikan impor biji-bijian dari Rusia dan Belarusia ke Uni Eropa dalam praktiknya.
"Oleh karena itu, langkah-langkah ini akan mencegah destabilisasi pasar biji-bijian Uni Eropa, menghentikan ekspor biji-bijian yang diambil secara ilegal oleh Rusia yang diproduksi di wilayah Ukraina, dan mencegah Rusia menggunakan pendapatan dari ekspor ke Uni Eropa untuk mendanai perang agresinya terhadap Ukraina," katanya.
Impor biji-bijian Uni Eropa dari Moskow telah meningkat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada bulan Februari 2022.
Angka-angka dari kantor statistik Eurostat menunjukkan impor tumbuh dari di bawah 120 juta euro (US$ 130 juta) pada tahun 2020 menjadi 290 juta euro (US$ 314 juta) pada tahun 2021 dan 440 juta euro (US$ 477 juta) pada tahun 2023.
Baca Juga: Indonesia Berkomitmen Selesaikan IEU-CEPA Pada Juli 2024
Tahun lalu, Rusia mengekspor 4,2 juta ton sereal dan produk pertanian terkait ke Uni Eropa senilai 1,3 miliar euro (US$ 1,4 miliar). Jumlah ini mewakili sekitar 1 persen dari pasar Uni Eropa.
Komisi tersebut mengatakan bahwa ada risiko bahwa impor dapat meningkat, mengingat ekspor gandum Rusia secara keseluruhan telah meningkat menjadi 50 juta ton dari biasanya 35 juta ton.
Para menteri Uni Eropa mengatakan bahwa kenaikan bea masuk tidak akan membahayakan ketahanan pangan global karena tidak akan mempengaruhi transit produk melalui wilayah Uni Eropa ke negara ketiga.