Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID -Uni Eropa menyoroti peningkatan aksi kekerasan di wilayah Darfur, Sudan, dalam setahun terakhir. Uni Eropa bahkan memperingatkan adanya potensi genosida baru di kawasan tersebut.
Perang antara tentara Sudan dengan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) telah berlangsung sejak April lalu. Situasi ini menghidupkan kembali perseteruan yang telah lama berkobar di sana.
Kepala diplomat Uni Eropa, Josep Borrell, meneruskan laporan bahwa lebih dari 1.000 anggota komunitas Masalit terbunuh di Ardamta, Darfur Barat, hanya dalam waktu dua hari selama serangan oleh RSF dan milisi yang berafiliasi dengannya.
Borrell menduga ada motif pembersihan etnis di balik aksi RSF yang menargetkan etnis Masalit di Darfur Barat.
Baca Juga: Zelenskyy Minta Warganya Bersiap Hadapi Serangan Besar Rusia di Musim Dingin
"Komunitas internasional tidak bisa menutup mata terhadap apa yang terjadi di Darfur dan membiarkan terjadinya genosida lagi di wilayah ini," kata Borrell, dikutip Reuters.
Uni Eropa mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mendokumentasikan segala pelanggaran untuk menjamin akuntabilitas penyelidikan.
Hari Kamis pekan lalu, Organisasi Migrasi Internasional (IOM) mengatakan sekitar 700 orang dilaporkan tewas di Darfur Barat setelah bentrokan antara tentara Sudan dan RSF di El Geneina pada 4 dan 5 November.
Baca Juga: Uni Eropa Tuduh Hamas Gunakan Rumah Sakit dan Manusia Sebagai Tameng
Sementara itu, RSF juga mengklaim bahwa mereka telah menguasai markas besar militer di ibu kota El-Geneina, Darfur Barat.
RSF dan milisi sekutunya melakukan serangan sistematis selama berminggu-minggu yang menargetkan Masalit, suku mayoritas El-Geneina. Para pemimpin suku Arab membantah terlibat dalam pembersihan etnis di El Geneina. RSF juga sempat mengatakan mereka tidak terlibat dalam konflik suku.
Menurut perkiraan konservatif oleh Armed Conflict Location & Event Data, lebih dari 10.000 orang telah tewas dalam konflik Sudan sejauh ini.
Catatan PBB juga menunjukkan bahwa perang di Sudah telah menyebabkan lebih dari 4,8 juta orang di Sudan mengungsi dan memaksa 1,2 juta orang lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga.