Reporter: Dyah Megasari, BBC, Bloomberg |
BRUSSELS. Para menteri luar negeri Uni Eropa secara resmi menyetujui larangan impor minyak dari Iran terkait program nuklir negara itu. Keputusan diambil dalam pertemuan tingkat menteri luar negeri di Brussels Senin (23/1).
Sanksi Uni Eropa kepada Iran meliputi larangan pembelian baru minyak mentah mulai sekarang juga, sedangkan kontrak lama diberi waktu hingga 1 Juli.
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menilai embargo minyak ini merupakan bagian dari serangkaian sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. ''Saya pikir hal ini menunjukkan tekad Uni Eropa dalam persoalan nuklir," ujar Hague.
Uni Eropa menuduh Iran tidak mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB dan mengembangkan program senjata nuklir. Iran membantah keras tudingan itu.
Amerika Serikat (AS) memberlakukan langkah serupa bulan lalu. Tetapi embargo yang ditetapkan Uni Eropa lebih signifikan karena negara-negara yang tergabung dalam organisasi tersebut mengimpor sekitar 21% minyak Iran.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton pada Oktober lalu melayangkan surat ke Saeed Jalili, juru runding nuklir Iran.
Surat berisi penegasan bahwa tujuan Uni Eropa adalah mencari solusi lewat negosiasi mengenai program nuklir Iran namun Ashton mengaku belum menerima jawaban.
Menanggapi keputusan ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan keyakinan bahwa perundingan tentang program nuklir Iran bisa dilanjutkan lagi. "Kami masih mempunyai harapan tinggi untuk melanjutkan perundingan dalam waktu singkat," pendapat Lavrov. Dia menambahkan Rusia akan berusaha mencegah Iran dan Barat mengambil langkah-langkah yang tidak produktif.