Sumber: USA Today | Editor: Khomarul Hidayat
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS juga memberi peringatan Iran mampu meluncurkan serangan siber dengan "efek mengganggu sementara" terhadap infrastruktur penting AS.
Penasihat Sistem Terorisme Nasional AS merekomendasikan agar warga Amerika mengambil tindakan pencegahan dengan mencadangkan data dan menggunakan otentikasi dua faktor untuk akun sensitif.
Baca Juga: DPR AS akan melakukan voting untuk cegah Trump berperang dengan Iran
Pada hari Minggu lalu, sebuah situs web pemerintah federal offline setelah seorang peretas mengunggah foto-foto ke situs yang memuat bendera Iran dan sebuah gambar yang menggambarkan Presiden Donald Trump berlumuran darah ditinju wajahnya.
"Serangan militer AS terhadap Iran akan menghasilkan beberapa respons signifikan dari Iran dan respons itu bisa datang dalam bentuk serangan siber besar," kata Jamil N. Jaffer, Wakil Presiden IronNet Cybersecurity, sebuah startup yang membantu mengatasi ancaman serangan digital.
Konflik dunia maya antara AS dan Iran telah berlangsung secara diam-diam selama bertahun-tahun, dengan upaya peretasan dari Timur Tengah dilakukan setiap hari.
Tapi sekarang AS telah membunuh salah satu tokoh paling kuat di Iran, sehingga gelombang upaya peretasan akan makin bertambah besar.
"Mungkin mereka akan berlipat ganda," kata Oded Vanunu, seorang peneliti di Check Point. "Akan ada lebih banyak serangan siber dalam waktu singkat. Sebagian besar akan menargetkan layanan online."
Baca Juga: Pejabat Trump briefing rahasia 535 anggota konggres soal serangan ke Iran
Produk yang terhubung ke internet secara inheren dapat diretas, dan karena sebagian besar alat yang berfokus pada konsumen akhir-akhir ini terhubung ke jaringan, peretas di Iran dapat mencari beberapa layanan terbesar dan paling banyak digunakan di negara ini.