Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Menurut sebuah penelitian, varian Covid-19 yang menjadi strain dominan di AS tidak mematikan seperti yang ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya. Meski demikian, varian tersebut dipastikan menyebar lebih cepat daripada versi lain.
Melansir Bloomberg yang mengutip hasil penelitian yang diterbitkan Senin di jurnal Penyakit Menular Lancet, di antara 339 pasien dengan virus corona, 36% dari mereka yang terinfeksi jenis B117 yang muncul di Inggris menjadi sakit parah atau meninggal. Bandingkan dengan 38% dari mereka yang tidak mengidap penyakit infeksi B117.
"Kami tidak mengatakan itu bukan apa-apa, tetapi tidak lebih buruk dalam hal hasil pada penelitian kami," kata Eleni Nastouli, rekan penulis studi dan profesor di University College London.
Dia mencatat bahwa penelitian ini berbeda dari beberapa penelitian sebelumnya, yang mengamati pasien di rumah sakit, bukan di komunitas, dan membuat identifikasi yang tepat dari varian dengan sekuensing seluruh genom.
Baca Juga: Virus corona bermutasi, ini masker yang efektif untuk cegah Covid-19
Bloomberg memberitakan, data sebelumnya yang dirilis oleh kelompok penasihat kesehatan Inggris dan dikutip oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menunjukkan bahwa B117 mungkin sepertiga lebih mematikan daripada varian virus lainnya.
Temuan itu semakin menambah kekhawatiran tentang mutan yang telah menunjukkan kemampuan untuk menyebar lebih cepat. Varian lain tampaknya mampu menghindari perlindungan yang diberikan oleh vaksin.
Baca Juga: Peneliti Israel sebut virus corona varian Afrika Selatan bisa menembus vaksin Pfizer
Studi Lancet mengamati pasien yang dirawat di rumah sakit London pada November dan Desember 2020. Sebuah studi terpisah dari varian yang menyebar cepat di jurnal Kesehatan Masyarakat Lancet tidak menemukan bukti bahwa varian itu mengubah gejala atau kemungkinan mengalami long Covid-19, yang mana didefinisikan sebagai gejala persisten selama lebih dari 28 hari.
Penyebaran varian baru corona di seluruh dunia mengancam kemampuan negara untuk membendung pandemi, di mana pada saat yang bersamaan mereka tengah gencar melakukan kampanye vaksinasi.