Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Ancaman penyebaran virus corona di Indonesia masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah menemukan varian Delta Plus di Indonesia. Varian ini ditemukan di Jambi dan Mamuju.
Lantas, seberapa bahaya varian Delta Plus ini?
Melansir National Geographic pada 2 Juli 2021 lalu, varian baru dari virus corona telah muncul. Para ilmuwan sedang bekerja untuk mencari tahu apakah itu lebih berbahaya daripada saudaranya yang terkenal, varian Delta, yang telah menewaskan ratusan ribu orang di India dan dengan cepat menjadi varian dominan di seluruh dunia.
Varian baru tersebut dinamakan Delta Plus. Varian ini hanya sedikit berbeda dari varian Delta yang lebih menular dan diperkirakan menyebabkan lebih banyak rawat inap daripada jenis sebelumnya. Vaksin yang ada efektif melawan Delta, tetapi hanya jika orang telah divaksinasi sepenuhnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak warga dunia yang divaksinasi penuh untuk terus memakai masker.
Baca Juga: Tanda-tanda pasien corona memburuk saat isolasi mandiri ala Satgas Covid-19
“Setelah Anda divaksinasi sepenuhnya, teruslah bermain aman karena Anda bisa berakhir sebagai bagian dari rantai penularan. Anda mungkin tidak sepenuhnya terlindungi. Terkadang vaksin tidak bekerja,” kata Bruce Aylward, penasihat senior WHO, pada konferensi pers pekan lalu.
Varian Delta Plus mulai muncul di database global setelah ditemukan kasus di Inggris pada pertengahan Maret dan pada 26 April. Hal tersebut mendorong Inggris untuk melarang perjalanan internasional pada 4 Juni.
Baca Juga: Pemerintah siapkan skenario antisipasi virus corona varian delta plus
Namun, beberapa pasien tanpa riwayat perjalanan atau kontak dengan pelancong mendapat terinfeksi Delta Plus, yang menunjukkan varian itu mulai beredar di Inggris melalui penyebaran komunitas.
Sementara variannya belum umum, Kementerian Kesehatan India menetapkan Delta Plus sebagai Variant of Concern (VOC) pada 22 Juni, dengan alasan peningkatan transmisibilitas, kemampuan untuk mengikat lebih kuat pada reseptor pada sel paru-paru, dan potensi untuk menghindari antibodi.
Tetapi apakah Delta Plus memenuhi ambang batas untuk penunjukan VOC tidak jelas. “India menyebutnya sebagai VOC karena lebih hati-hati,” kata Ravindra Gupta, seorang ahli imunologi dan spesialis penyakit menular di University of Cambridge.