Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Ketika suatu varian menjadi sering dan menunjukkan ciri-ciri yang mengkhawatirkan, otoritas kesehatan masyarakat memulai penyelidikan formal, menetapkannya sebagai Variant Under Investigation (VUI).
Jika ditemukan lebih menular, lebih resisten terhadap antibodi, atau menyebabkan penyakit yang lebih parah, variannya disebut VOC.
Menurut ahli virologi Shahid Jameel, Konsorsium Genomic SARS-CoV-2 India (INSACOG), jaringan laboratorium dan lembaga pemerintah di seluruh negara yang memantau variasi dalam kode genetik virus corona, menggambarkan Delta Plus sebagai Variant of Interest, bukan VOC.
Tetapi, menurut Jameel, mutasi baru tidak akan membuat Delta Plus kurang menular daripada Delta, atau mengurangi kemampuan virus untuk lolos dari respons imun. “Makanya tidak ada salahnya jika Delta Plus juga disebut sebagai Variant of Concern,” ujarnya.
Baca Juga: Covid-19 Delta Plus sudah terjadi di Indonesia, ini gejala yang harus diwaspadai
Kini setidaknya ada dua versi varian Delta Plus yang perlahan menyebar ke seluruh dunia. Varian telah terdeteksi di Kanada, Jerman, Rusia, Swiss, Polandia, Portugal, Nepal, Jepang, Inggris, dan AS. Versi yang lebih umum secara internasional disebut "AY.1", sedangkan "AY.2" sebagian besar terbatas ke Delta Plus AS telah terdeteksi 150 kali di AS.
Vaksin yang ada masih bekerja melawan varian Delta asli tetapi kurang efektif, terutama di antara orang-orang yang mungkin tidak meningkatkan respons kekebalan yang efektif setelah vaksinasi, lebih tua, atau yang perlindungannya mungkin berkurang lebih cepat.
Dosis tunggal vaksin Pfizer atau AstraZeneca hanya efektif 33 persen terhadap penyakit simtomatik yang disebabkan oleh varian Delta. Setelah dosis kedua, vaksin AstraZeneca menjadi 60 persen efektif, dan efektivitas suntikan Pfizer naik menjadi 88 persen.
Baca Juga: WHO beberkan perbedaan virus corona varian delta dengan delta plus
Penelitian awal baru menunjukkan bahwa vaksin Moderna kurang manjur terhadap varian Delta dan Johnson & Johnson hanya sekitar 60 persen efektif.
Tetapi di Israel, di mana 57,1 persen populasi divaksinasi penuh, sekitar setengah dari infeksi varian Delta terjadi di antara mereka yang divaksinasi penuh dengan suntikan Pfizer. Ini mendorong Israel untuk kembali mengenakan masker di dalam ruangan.
“Dalam hal varian … kita tahu vaksin bekerja; kita tahu bahwa masker dan jarak sosial bekerja. Meski terlihat menakutkan, kami masih memiliki langkah-langkah untuk melawannya,” kata Priyamvada Acharya, seorang ahli imunologi di Duke Human Vaccine Institute.