Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Vietnam kini menjadi tujuan utama wisatawan China modern, menggeser Thailand yang selama ini mendominasi. Fenomena ini dinilai mengubah peta industri pariwisata Asia Tenggara yang bernilai miliaran dolar AS, menurut laporan Bloomberg.
Data China Trading Desk menunjukkan, pergeseran ini bisa membuat Thailand kehilangan potensi pendapatan lebih dari US$ 3,5 miliar. Sebaliknya, Vietnam dan negara tetangga justru menjadi penerima keuntungan.
CEO China Trading Desk, Subramania Patra, mengatakan generasi baru wisatawan China lebih menyukai perjalanan mandiri ketimbang paket tur massal.
"Bagi kelompok baru wisatawan China, Vietnam menawarkan pengalaman segar. Banyak turis merasa Vietnam lebih sepi dan lebih otentik," ujarnya seperti dikutip dari nationthailand.com, Rabu (17/9/2025).
Baca Juga: Selamat, Vietnam dan Thailand Jadi Wakil ASEAN di Piala Asia U23 2026
Vietnam mencatat rekor kunjungan hampir 14 juta wisatawan mancanegara sepanjang tahun ini. Jumlah turis China, sebagai pasar terbesar, melonjak 44% pada Januari–Agustus dibanding periode sama tahun lalu.
Malaysia juga menikmati tren serupa. Sepanjang semester I-2025, jumlah turis asal China naik 35%, seiring peningkatan kapasitas kursi penerbangan hampir 50%. Visa bebas kunjung dan lemahnya nilai tukar ringgit ikut mendukung lonjakan tersebut.
"Kebijakan ini menarik lebih banyak pelancong dari China. Permintaan kamar hotel dan tingkat okupansi juga meningkat," kata Shaharruddin Saaid, Direktur Eksekutif Malaysian Association of Hotels.
Strategi Vietnam Tarik Wisatawan
Pemerintah Vietnam bersama pelaku usaha gencar mengembangkan strategi untuk menarik wisatawan, khususnya dari China. Di Provinsi Quang Ninh yang berbatasan dengan China, festival paralayang dan balon udara digelar untuk memperpanjang masa tinggal turis.
Sementara itu, di Da Nang, papan petunjuk berbahasa Mandarin banyak ditemui di hotel, restoran, hingga tempat pijat. Hotel juga merekrut staf berbahasa Mandarin atau memanfaatkan aplikasi penerjemah.
Hava Travel, agen wisata di Da Nang dan Nha Trang, kini berfokus pada turis premium yang menginginkan pengalaman eksklusif.
Baca Juga: Jumlah Wisatawan Asing yang Berkunjung ke Thailand Turun 7,11%
"Wisatawan China kami bersedia membayar lebih mahal," kata Nguyen Ngoc Thien, Wakil Direktur Utama Hava Travel. Pada Agustus, perusahaan itu melayani 2.000 wisatawan, naik 20% sejak awal tahun.
Hal serupa terjadi di Mercure Nha Trang Beach Hotel, di mana hampir separuh kamar secara konsisten ditempati turis asal China.
Sebaliknya, Thailand menghadapi tantangan berat. Data Cirium mencatat kapasitas kursi penerbangan satu arah dari China ke Thailand turun lebih dari 11% pada Januari–Agustus, menjadi hanya 5,1 juta kursi.
Penurunan ini membuat jumlah wisatawan mancanegara ke Thailand turun 7% pada periode yang sama, meski kedatangan turis Eropa dan Amerika meningkat.
Kasikorn Research Centre memproyeksikan pendapatan bisnis hotel Thailand menyusut 4,5% tahun ini, seiring penurunan tingkat okupansi.
Baca Juga: Prancis hingga Thailand, Inilah 10 Negara Paling Ramai Dikunjungi Wisatawan 2025
Citra Thailand juga tercoreng setelah kasus penculikan aktor China Wang Xing oleh sindikat penipuan yang memanfaatkan wilayah Thailand untuk memindahkan korban ke Myanmar. Selain itu, banyak turis China mengeluhkan kenaikan harga hotel, makanan, dan transportasi sejak pandemi.
Meski demikian, harapan pemulihan masih terbuka pada musim dingin mendatang yang menjadi puncak wisata Thailand.
Chief Commercial Officer Agoda, Damien Pfirsch, menyebut Bangkok masih menjadi destinasi Asia yang paling banyak dipilih wisatawan untuk dikunjungi kembali. "Jika turis China kembali berlibur, sektor pariwisata Thailand berpeluang bangkit," katanya.