Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
China telah menutup 13 kota di provinsi Hubei, yang merupakan pusat penyebaran, sementara hampir seluruh negara telah menyatakan tanggapan darurat. Dari semua infeksi China yang dikonfirmasi, lebih dari setengahnya berada di Hubei.
Untuk membantu mengatasi epidemi, Ma mengatakan bahwa 2.360 dokter dan perawat militer dan sipil telah dikirim ke Wuhan, kota tempat wabah pertama kali terdeteksi pada akhir bulan lalu.
Ketika tekanan meningkat di rumah sakit kota, sistem medis semakin dekat dengan kehancuran.
Banyak orang yang mengalami gejala demam ditolak oleh rumah sakit pada awal minggu karena tidak ada cukup tempat tidur, kata penduduk setempat sebelumnya.
Baca Juga: Virus corona makin meluas, Amerika Serikat akan evakuasi pegawai konsulat dari Wuhan
Praktisi medis juga sangat kekurangan alat pelindung dan dipaksa untuk mendaur ulang kacamata dan masker. Ma mengatakan 2.400 tempat tidur rumah sakit telah ditambahkan di Wuhan, dan pemerintah berencana menambah 5.000 lebih selama tiga hari ke depan.
Wang Jiangping, wakil menteri industri dan teknologi informasi China, mengatakan China memiliki kapasitas untuk menghasilkan maksimal 30.000 pakaian pelindung per hari, tetapi itu kurang dari sepertiga dari apa yang dibutuhkan di Hubei. "Dan selama liburan Tahun Baru Imlek, kapasitas produksi hanya sekitar 40% dari normal," katanya kepada South China Morning Post.
Baca Juga: AirAsia membatalkan penerbangan ke dan dari Wuhan
Pemerintah sedang berupaya mendapatkan 50.000 jaket pelindung yang diproduksi Tiongkok untuk diekspor setiap hari untuk dikirim ke Hubei, katanya. Namun, kementerian urusan sipil mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu yang melarang organisasi amal dan LSM mengirim tim ke Hubei.
Setiap sumbangan harus dikirim ke organisasi amal yang disetujui pemerintah di Hubei, seperti Palang Merah, dan mereka akan dialokasikan oleh pemerintah Hubei dan Wuhan yang sesuai.
Baca Juga: Lion Air: Tujuh penumpang asal China yang tiba di Manado negatif virus corona