Sumber: BBC | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - Perusahaan mobil Volvo mengumumkan untuk meninggalkan target memproduksi sepenuhnya kendaraan listrik di tahun 2030. Pabrikan asal Swedia itu menyebut masih akan menjual beberapa kendaraan hibrida pada saat tersebut.
Melansir BBC, manajemen menyalahkan kondisi perubahan pasar yang berubah belakangan. Industri otomotif disebut menghadapi perlambatan permintaan di beberapa pasar utama untuk kendaraan listrik (EV) dan ketidakpastian karena pengenaan tarif perdagangan pada mobil listrik buatan China.
Volvo kini memperkirakan setidaknya 90% dari produksinya akan terdiri dari mobil listrik dan sisanya hibrida plug-in pada tahun 2030. Perseroan membuka peluang untuk menjual sejumlah kecil kendaraan hibrida ringan yang lebih konvensional dengan bantuan listrik terbatas.
"Kami yakin bahwa masa depan kami adalah listrik," kata Jim Rowan, kepala eksekutif Volvo, dalam sebuah pernyataan, Kamis (4/9).
Baca Juga: Volvo Baru Akan Seriusi Kendaraan Listrik Penuh di Tahun 2030
Perusahaan itu juga mengatakan iklim bisnis untuk kendaraan listrik telah berubah, karena faktor-faktor seperti peluncuran infrastruktur pengisian daya yang lambat dan penarikan insentif konsumen.
"Namun, jelas bahwa transisi ke elektrifikasi tidak akan linier, dan pelanggan serta pasar bergerak dengan kecepatan yang berbeda."
Dengan keputusan ini, Volvo seolah mengikuti pabrikan besar lainnya seperti General Motors dan Ford yang sudah mulai mengendurkan ambisi mereka terhadap kendaraan listrik.
Saat ini mayoritas saham Volvo dimiliki oleh raksasa mobil China, Geely. Dengan induknya yang berpusat di China, mau tidak mau perusahaan pasti akan terpengaruh pada tarif impor kendaraan listrik yang ditetapkan Eropa dan Amerika Utara.
Volvo dimiliki mayoritas oleh raksasa mobil Cina Geely dan karena menggunakan pabrik di Cina, perusahaan itu juga akan terpengaruh oleh tarif impor kendaraan listrik buatan Cina di Eropa dan Amerika Utara.