Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat secara resmi meluncurkan investigasi terhadap praktik perdagangan digital Brasil, dengan fokus utama pada sistem pembayaran instan nasional negara tersebut, Pix, yang dinilai telah mendominasi pasar dan menggeser pesaing dari sektor swasta, termasuk perusahaan asal AS.
Pengumuman penyelidikan disampaikan oleh Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, pada Selasa (15/7). Greer menegaskan bahwa investigasi ini bertujuan untuk menilai apakah kebijakan perdagangan dan digital Brasil memberikan perlakuan tidak adil terhadap perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.
"Kami akan mengkaji hambatan tarif dan non-tarif yang diberlakukan Brasil, termasuk indikasi adanya perlakuan preferensial terhadap mitra dagang tertentu yang justru merugikan eksportir dan pelaku usaha asal AS," ujar Greer.
Ketegangan Meningkat Usai Pemblokiran Platform X
Salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam investigasi adalah dugaan penalti terhadap perusahaan teknologi asal AS yang menolak melakukan sensor terhadap ujaran politik.
Kasus mencuat pada Agustus 2024, ketika Mahkamah Federal Tertinggi Brasil memerintahkan pemblokiran nasional terhadap platform media sosial X (dulu Twitter), setelah Elon Musk enggan menunjuk perwakilan hukum di Brasil sesuai regulasi setempat.
Baca Juga: Donald Trump Jalani Pemeriksaan Medis, Sakit Apa?
Trump Ancam Brasil dengan Tarif 50%
Ketegangan antara kedua negara meningkat tajam sejak awal Juli. Pada 7 Juli, Presiden Donald Trump menyerukan agar pemerintah Brasil menghentikan proses hukum terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro, yang ia sebut sebagai “perburuan penyihir politik.”
Tak lama setelah itu, Trump mengirim surat kepada Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva yang berisi ancaman investigasi resmi dan pemberlakuan tarif impor sebesar 50% untuk produk Brasil, mulai 1 Agustus 2025.
Mengenal Pix: Sistem Pembayaran Digital Milik Pemerintah
Pix, yang diluncurkan oleh Bank Sentral Brasil pada 2020, adalah sistem pembayaran instan yang memungkinkan transaksi 24/7 dengan biaya sangat rendah atau bahkan nol. Berbeda dengan sistem pembayaran tradisional, Pix memungkinkan transfer dana langsung tanpa perlu jaringan kartu kredit seperti Visa atau Mastercard.
Hingga kini, Pix telah memiliki lebih dari 150 juta pengguna aktif dan diterima di lebih dari 60 juta bisnis — menjadikannya tulang punggung ekonomi digital Brasil, dari pedagang kaki lima hingga pembayaran tagihan listrik.
Namun, keunggulan Pix ini juga menjadi kekhawatiran bagi Washington. Investigasi AS akan mengkaji apakah Brasil secara aktif memprioritaskan Pix dibandingkan sistem pembayaran milik perusahaan asal AS seperti Mastercard, Visa, dan platform fintech lainnya.
Baca Juga: Tak Pandang Bulu! Trump Ancam Kenakan Tarif 10%-15% untuk Lebih dari 150 Negara Kecil
Ancaman bagi Sistem Keuangan Global?
Meski Pix hanya digunakan secara domestik, sistem ini menjadi bagian dari pergeseran yang lebih besar dan dinilai mengancam dominasi finansial AS. Platform seperti Truther memungkinkan pengguna internasional mengirim stablecoin dan langsung mencairkannya ke rekening bank Brasil melalui Pix — tanpa perlu menggunakan sistem tradisional seperti SWIFT, PayPal, atau Western Union.
Lebih jauh lagi, kekhawatiran AS berkaitan dengan peran Brasil dalam blok ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan). Negara-negara anggota BRICS secara terbuka menyatakan tujuan mereka mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan sistem keuangan Barat.
Pada 2024, BRICS meluncurkan inisiatif BRICS Pay, platform pembayaran lintas batas yang dirancang untuk menggantikan SWIFT dan memfasilitasi transaksi antarnegara dalam mata uang lokal. Dalam KTT BRICS terbaru di Rio de Janeiro, bahkan dibahas wacana penciptaan mata uang cadangan bersama untuk menjadi alternatif dolar AS — isu yang disebut-sebut membuat Presiden Trump geram.