CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Warga Gaza Terpaksa Konsumsi Makanan Hewan dan Air Limbah


Minggu, 09 Juni 2024 / 11:30 WIB
Warga Gaza Terpaksa Konsumsi Makanan Hewan dan Air Limbah
ILUSTRASI. Warga Palestina mencari makanan di antara puing-puing yang terbakar pasca serangan Israel di daerah yang diperuntukkan bagi para pengungsi, di Rafah di selatan Jalur Gaza, 27 Mei 2024. REUTERS/Mohammed Salem


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) melaporkan, beberapa warga Palestina di Gaza kini terpaksa mengonsumsi makanan hewan serta air limbah untuk bertahan hidup.

Direktur WHO untuk regional Mediterania Timur, Hanan Balkhy, mengtakan bahwa serangan Israel di Gaza berdampak besar pada layanan kesehatan di wilayah yang lebih luas.

"Di Gaza, ada orang yang kini makan makanan hewan, makan rumput, dan minum air limbah. Anak-anak hampir tidak bisa makan, sementara truk-truk berdiri di luar Rafah," kata Balkhy dalam wawancara dengan AFP hari Selasa (4/6).

WHO dan PBB telah lama memperingatkan bahwa kelaparan akan terjadi di Gaza. Saat ini, sekitar 1,1 juta orang atau setengah populasi di wilayah itu menghadapi tingkat kerawanan pangan yang sangat parah.

Baca Juga: Inilah Negara Uni Eropa Terbaru yang Mengakui Palestina Merdeka

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, OCHA, pada hari Selasa mengatakan bahwa kendala akses terus melemahkan upaya pengiriman bantuan kemanusiaan. Kondisinya semakin memburuk pada bulan Mei lalu.

"Gaza membutuhkan perdamaian, perdamaian, perdamaian. Ditambah peningkatan akses bantuan melalui darat. Saya mendesak Israel untuk membuka perbatasan," kata Balkhy.

Sejauh ini aliran bantuan sebagian besar masuk melalui persimpangan Kerem Shalom dengan Israel. Namun, WHO merasa jalur tersebut tidak cukup.

Bagi WHO, segala upaya penyaluran bantuan melalui laut dan udara menjadi tidak masuk akal, karena jalur darat yang jauh lebih murah dan efektif sebenarnya sudah ada.

Baca Juga: Pakar PBB Desak Semua Negara untuk Mengakui Negara Palestina

Balkhy juga mengecam langkah Israel yang menyebabkan pemblokiran peralatan medis seperti ventilator, bahan kimia pemurni, hingga air bersih.

Israel beralasan, barang-barang medis tersebut dapat digunakan untuk tujuan militer.

"Perang memberikan dampak buruk terhadap upaya-upaya kesehatan dasar masyarakat, seperti air bersih, makanan sehat dan imunisasi rutin, sehingga anak-anak rentan terhadap campak, cacar air, diare dan penyakit pernapasan," kata Balkhy yang seorang dokter anak.

Serangan brutal Irael ke Gaza telah menewaskan sedikitnya 36.550 orang di Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, sebagian besar korban merupakan warga sipil.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×