Sumber: The Motley Fool | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam situasi pasar yang tak menentu, investor sering mencari nasihat dari tokoh legendaris seperti Warren Buffett. Pendiri dan CEO Berkshire Hathaway ini dikenal karena pendekatannya yang tenang dan konsisten terhadap investasi jangka panjang, bahkan ketika kondisi pasar memburuk.
Buffett jarang menanggapi langsung dinamika jangka pendek atau isu mikroekonomi. Namun, dalam beberapa kesempatan terakhir, termasuk dalam surat tahunan pemegang saham dan wawancara publik, ia turut memberikan komentar mengenai kebijakan tarif yang tengah memengaruhi perekonomian global.
Strategi Investasi Warren Buffett: Tetap pada Jalur di Saat Tak Pasti
Selama lebih dari 60 tahun memimpin Berkshire Hathaway, Buffett telah melewati banyak siklus naik-turun pasar. Pesannya konsisten: ia percaya pada kekuatan ekonomi Amerika dan pada kemampuan pasar untuk pulih dan tumbuh dari waktu ke waktu.
Baca Juga: Warren Buffett Punya 5 Cara Agar Bisa Cuan Besar dalam Waktu Singkat
Ia secara rutin menyampaikan pandangannya melalui dua saluran utama: surat tahunan pemegang saham yang diterbitkan pada akhir Februari, dan pertemuan tahunan Berkshire Hathaway, yang tahun ini akan berlangsung pada 3 Mei. Di sinilah investor biasanya mendapat wawasan langsung dari Buffett tentang kondisi pasar, perekonomian, dan strategi investasi perusahaan.
Cadangan Kas Berkshire Hathaway Tertinggi Sepanjang Sejarah
Salah satu sorotan besar dalam laporan keuangan Berkshire Hathaway baru-baru ini adalah posisi kasnya yang mencapai rekor tertinggi. Hingga akhir 2024, perusahaan memegang sekitar US$334 miliar dalam bentuk kas dan surat utang negara AS (U.S. Treasury bills). Kondisi ini memicu spekulasi luas tentang langkah investasi Buffett berikutnya.
Dalam sembilan kuartal terakhir, Berkshire lebih banyak menjual saham daripada membeli—strategi yang sesuai dengan prinsip Buffett: "Jadilah takut saat orang lain serakah, dan serakah saat orang lain takut." Ini berarti, saat pasar anjlok belakangan ini, ada kemungkinan besar Buffett mulai membeli kembali saham-saham berkualitas tinggi.
Meski sebagian besar fokus pada penjualan, Buffett tetap aktif membeli. Di antaranya adalah pembelian tambahan saham Occidental Petroleum, VeriSign, Sirius XM Holdings, dan lima perusahaan besar Jepang. Detail lengkap transaksi kuartal pertama baru akan tersedia pertengahan Mei lewat laporan 13F yang diajukan ke SEC.
Pandangan Warren Buffett tentang Tarif: Sederhana Tapi Mendalam
Dalam wawancara Maret lalu, Buffett menyebut tarif sebagai "tindakan yang menyerupai perang, sampai batas tertentu."
Meski begitu, ia mengakui bahwa tarif pada dasarnya hanyalah pajak atas barang. Ia tak menunjukkan kekhawatiran besar, dan justru mengingatkan pentingnya berpikir ke depan dalam kebijakan ekonomi: "Selalu tanyakan, lalu apa? Dalam ekonomi, Anda harus selalu bertanya: 'Lalu apa?'”
Meski tak memprediksi secara eksplisit apa yang akan terjadi, Buffett menegaskan bahwa mayoritas dananya akan tetap diinvestasikan pada perusahaan Amerika. "Amerika adalah tempat terbaik," katanya.
Baca Juga: Strategi yang Dilakukan Warren Buffett untuk Bangun Kekayaan dari Titik Nol
Filosofi Investasi Buffett: Bertahan Saat Orang Lain Panik
Bagi investor ritel, pelajaran terpenting dari Buffett adalah fokus pada jangka panjang. Gejolak pasar, termasuk akibat tarif atau faktor lain, adalah bagian alami dari siklus ekonomi. Investor yang sabar justru bisa memanfaatkan penurunan pasar untuk membeli saham unggulan dengan harga diskon.
Ia bukan seorang peramal, tetapi rekam jejaknya menunjukkan bahwa berinvestasi secara konsisten dengan prinsip nilai (value investing) memberikan hasil luar biasa dalam jangka panjang.
Saat ini, beberapa analis menyebut ada tiga saham yang layak untuk "double down"—yakni membeli lagi karena potensi kenaikan yang signifikan. Buffett sendiri telah sukses besar dengan saham seperti Apple, Nvidia, dan Netflix yang nilainya melejit setelah penurunan pasar.