Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Berinvestasi di pasar saham akhir-akhir ini bagaikan roller coaster alias penuh gejolak.
Melansir CNBC, indeks S&P 500 anjlok 2,4% pada hari Senin (21/4/2025) karena investor mencerna serangan terbaru Presiden AS Donald Trump terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell.
Serangan tersebut mencakup pembicaraan tentang pemecatan Powell jika bank sentral gagal menurunkan suku bunga.
Pemecatan Powell akan menjadi hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan menurut Powell, Tindakan tersebut tidak diperbolehkan menurut hukum saat ini.
Pada hari Selasa (22/4/2025), harga saham melonjak lebih dari 1,5% pada perdagangan awal. Secara keseluruhan, hingga Selasa sore pasar saham AS secara umum turun sekitar 14,5% dari titik tertingginya di bulan Februari.
Mengingat pendekatan pemerintah yang berubah-ubah terhadap kebijakan ekonomi, para ahli memperingatkan untuk mengantisipasi turbulensi yang berkelanjutan.
"Kami benar-benar menganggap ini sebagai lingkungan yang tidak terbatas dalam hal arah ... dan itu khususnya karena kami tidak tahu di mana tarif akan berakhir," jelas Robert Haworth, ahli strategi investasi senior di U.S. Bank, mengatakan kepada CNBC.
Baca Juga: Saham-Saham Warren Buffett di Perusahaan Jepang Anjlok! Mayoritas Masuk Zona Merah
Dia menambahkan, "Ini adalah pasar yang mencoba mendapatkan kejelasan tentang arah, dan tidak mendapatkan banyak kesimpulan."
Sulit untuk mengetahui apa yang harus dilakukan di tengah masa-masa yang tidak menentu di pasar.
Aturan simpel Warren Buffett
Itulah sebabnya ketua Berkshire Hathaway dan legenda investasi Warren Buffett umumnya berpegang pada pedoman yang lugas.
"Aturan sederhana mengatur pembelian saya: Takutlah ketika orang lain serakah, dan serakahlah ketika orang lain takut," tulis Buffett dalam sebuah opini untuk New York Times pada tahun 2008, di tengah mania krisis keuangan global seperti yang dikutip dari GoBankingRates.
Baca Juga: 11 Aturan dari Warren Buffett Agar Siap Mental Mengelola Keiangan Anda
Dia menjelaskan mengapa ia terus membeli saham AS selama masa penurunan.