Sumber: The Motley Fool | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak Warren Buffett menjabat sebagai CEO Berkshire Hathaway pada 1965, saham perusahaan tersebut mencatatkan tingkat pengembalian tahunan gabungan sebesar 19,8%.
Jika Anda menginvestasikan US$ 1.000 pada awal masa jabatannya, nilai investasi tersebut kini akan mencapai US$ 42,5 juta. Sebagai perbandingan, investasi yang sama pada indeks S&P 500 hanya tumbuh menjadi US$ 325.053 dalam periode yang sama.
Strategi investasi jangka panjang Buffett sederhana: ia membeli saham perusahaan yang memiliki pertumbuhan stabil, profitabilitas tinggi, tim manajemen yang solid, serta kebijakan ramah pemegang saham seperti program pembelian kembali saham dan pembayaran dividen.
Baca Juga: 5 Portofolio Warren Buffett di Saham Perusahaan Jepang, Salah Satunya Melonjak 30%
Buffett dikenal tidak tergiur tren pasar saham terbaru, bahkan untuk sektor yang sedang berkembang pesat seperti kecerdasan buatan (AI).
Namun, dalam portofolio Berkshire senilai US$ 296 miliar, terdapat tiga saham yang memanfaatkan AI dengan cara unik dalam pengembangan bisnis inti mereka.
1. Amazon: 0,8% dari portofolio Berkshire Hathaway
Amazon adalah perusahaan e-commerce terbesar di dunia. Perusahaan ini menggunakan AI di pusat pemenuhannya untuk meningkatkan efisiensi, termasuk dengan menciptakan asisten belanja berbasis AI bernama Rufus yang membantu pelanggan menemukan produk yang sesuai.
Namun, fokus utama investor terletak pada platform komputasi awan Amazon Web Services (AWS), yang mendominasi tiga lapisan utama AI:
- Infrastruktur: AWS mengoperasikan pusat data yang dilengkapi chip unggulan Nvidia, sekaligus merancang chip sendiri seperti Trainium (untuk pelatihan AI) dan Inferentia (untuk inferensi AI). Trainium dapat mengurangi biaya pelatihan AI hingga 50% dibandingkan chip pesaing, dengan permintaan yang terus meningkat.
- Model Bahasa Besar (LLM): AWS Bedrock memungkinkan pengembang mengakses model terkemuka dari perusahaan seperti Anthropic dan Meta Platforms. Bedrock juga memiliki keluarga model LLM bernama Titan yang dirancang oleh Amazon sendiri.
- Perangkat Lunak: Asisten virtual Q dari AWS membantu bisnis mengekstrak wawasan dari data internal mereka, bahkan dapat menghasilkan kode secara otomatis untuk pengembangan perangkat lunak.
Pada kuartal ketiga 2024, pendapatan AWS mencapai US$ 27,4 miliar, meningkat 19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan AI dalam AWS tumbuh lebih dari tiga kali lipat dan berkembang tiga kali lebih cepat dibandingkan fase awal pertumbuhan bisnis cloud.
Baca Juga: Portofolio Warren Buffett Diinvestasikan di 1 Saham AI Raksasa Ini
Berkshire mulai berinvestasi di Amazon pada 2019. Meski Buffett mengaku menyesal tidak membeli lebih awal, kepemilikan Berkshire yang saat ini bernilai US$ 2,2 miliar masih memiliki potensi besar jika inovasi AI Amazon membuahkan hasil.
2. Coca-Cola: 8,4% dari portofolio Berkshire Hathaway
Coca-Cola mungkin jarang dikaitkan dengan teknologi mutakhir seperti AI, namun perusahaan ini telah memanfaatkan inovasi untuk menjadi raksasa minuman global. Tahun lalu, Coca-Cola bahkan menunjuk seorang kepala AI generatif untuk mengawasi penerapan teknologi tersebut.
AI memainkan peran penting dalam strategi pemasaran Coca-Cola. Salah satu kampanye interaktifnya, "Create Real Magic," memungkinkan pelanggan membuat bola salju digital bertema Natal menggunakan generator gambar berbasis AI.
Coca-Cola juga meluncurkan produk promosi bernama Coca-Cola Y3000, yang dirancang menggunakan AI untuk memprediksi rasa minuman di masa depan.
Baca Juga: 67% Portofolio Warren Buffett Senilai US$315 Miliar Diinvestasikan pada 5 Saham Ini
Ke depan, Coca-Cola berencana menginvestasikan US$ 1,1 miliar dalam layanan AI melalui kerja sama selama lima tahun dengan Microsoft Azure untuk meningkatkan rantai pasokan, produktivitas, dan pemasaran.
Berkshire mengakuisisi 400 juta saham Coca-Cola senilai US$ 1,3 miliar antara 1988 dan 1994. Kini, nilai investasi tersebut mencapai US$ 25 miliar. Meskipun AI bukan bagian dari alasan awal investasi Buffett, teknologi ini berpotensi menambah nilai signifikan bagi kepemilikannya.