Sumber: The Motley Fool | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Julukan “Oracle of Omaha” selama ini disematkan pada Warren Buffett berkat kemampuannya membaca pasar saham dengan jitu. Saham Berkshire Hathaway miliknya pun terus mencatatkan kenaikan yang menegaskan reputasinya sebagai investor legendaris.
Namun, Buffett juga manusia. Tak semua keputusannya selalu tepat.
Contohnya, keputusan Berkshire yang mengakuisisi Heinz dan kemudian menggabungkannya dengan Kraft Foods pada 2015. Merger itu berakhir buruk. Pada 2019, Buffett secara terbuka mengaku telah “membayar terlalu mahal” untuk Kraft. Kini, raksasa makanan tersebut bahkan berencana memisahkan diri lagi — sinyal bahwa strategi itu gagal total.
Mengutip The Motley Fool, tapi langkah paling keliru Buffett belakangan ini bukan soal investasi yang dia lakukan, melainkan investasi yang tidak dia lakukan.
Dan keputusan itu telah membuatnya kehilangan potensi keuntungan sekitar US$ 53 miliar (sekitar Rp 870 triliun) hanya dalam setahun terakhir.
Baca Juga: Cara Bertahan Saat Investasi Turun 50% ala Warren Buffett dan Charlie Munger
Kebanyakan Uang Menganggur di Saat yang Salah
Buffett dikenal sebagai seorang investor yang sangat berhati-hati. Tapi mungkin kali ini, kehati-hatian itu justru menjadi bumerang.
Berkshire Hathaway sudah lama menimbun uang tunai dalam jumlah besar. Pada kuartal ketiga tahun lalu, perusahaan melaporkan memiliki cadangan kas senilai US$ 325 miliar, hampir sepertiga dari total kapitalisasi pasar Berkshire saat itu yang mendekati US$ 1 triliun.
Sejak itu, uang kas tersebut bukannya berkurang — malah terus bertambah hingga mencapai US$ 344 miliar pada tahun ini.
Artinya, Buffett memilih menunggu dan tidak membeli saham apa pun karena merasa belum ada peluang investasi yang cukup menarik. Masalahnya, sementara Buffett menunggu, pasar justru terus melesat naik.
Sejak September tahun lalu, indeks S&P 500 sudah menguat sekitar 15,7%.
Jika saja Berkshire menempatkan uang tunainya ke reksa dana indeks sederhana selama periode itu, nilainya kini akan bertambah sekitar US$ 53 miliar.
Baca Juga: Harga Emas Pecah Rekor, Tapi Warren Buffett Tetap Tak Tergoda – Ini Alasannya!
Kehati-hatian yang Terlalu Mahal
Tentu mudah menilai keputusan setelah semuanya terjadi. Buffett punya alasan kuat: valuasi pasar memang sedang tinggi, baik secara historis maupun proyeksi ke depan. Ia khawatir koreksi besar bisa datang kapan saja.
Namun, bahkan Buffett sendiri pernah berkata,
“Lebih baik membeli perusahaan hebat dengan harga wajar, daripada perusahaan wajar dengan harga hebat.”
Masalahnya, meski sebagian saham raksasa seperti “Magnificent Seven” (Apple, Microsoft, dan kawan-kawan) kini memang mahal, masih banyak perusahaan bagus yang dijual di harga wajar. Tapi Buffett tidak membeli satu pun dari mereka.
Bahkan, ia justru menjual sebagian kepemilikan saham yang dulu diklaimnya ingin disimpan “selamanya”.
Tonton: Rahasia Warren Buffett Hadapi Inflasi: Bukan Emas, tapi Investasi Ini
Data juga menunjukkan bahwa sikap terlalu berhati-hati dalam jangka pendek bisa jadi kesalahan besar.
Buffett mungkin sedang menunggu peluang besar, tapi dalam dunia investasi, waktu yang hilang seringkali lebih mahal dari kesalahan membeli.