Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Negara-negara di sekitar Selat Singapura harus meningkatkan pengawasan dan patroli, setelah terjadi peningkatan tajam dalam insiden pembajakan tahun lalu.
Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy and Armed Robbery Against Ships in Asia (ReCAAP) mencatat, sepanjang 2019 terjadi 31 insiden pembajakan dan perompakan bersenjata di Selat Singapura.
Jumlah tersebut melonjak dibandingkan dengan kejadian di 2018 yang hanya 7 kasus, sekaligus yang tertinggi sejak 2015 lalu dengan 99 kasus.
Baca Juga: Jokowi minta ASEAN benahi keamanan lintas batas Insiden di Selat Singapura terjadi di tengah sedikit peningkatan dalam pembajakan dan perompakan di seluruh perairan Asia, dengan 82 kasus, terendah kedua sejak 2007.
Kejadian di Asia terutama merupakan kasus kecil seperti perompakan besi, walaupun beberapa memang melibatkan pisau, parang, termasuk senjata api.
"Kami meminta negara-negara pesisir, Singapura, Indonesia, dan Malaysia, untuk meningkatkan pengawasan dan kontrol di Selat Singapura karena peningkatan insiden yang cepat ini," kata Direktur Eksekutif ReCAAP Masafumi Kuroki, Rabu (15/1), seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Cegah perompakan, RI ikut operasi militer Filipina
ReCAAP, menurut Kuroki, telah menerima sejumlah pertanyaan dari perusahaan-perusahaan pelayaran yang menyatakan keprihatinan atas lonjakan kejadian pembajakan dan perompakan di Selat Singapura.