kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Spanyol lebih buruk dari krisis Indonesia di 1998


Kamis, 06 September 2012 / 12:44 WIB
Spanyol lebih buruk dari krisis Indonesia di 1998
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta, Kamis (17/9/2020).


Reporter: Dyah Megasari, The Guardian, CNBC, Reuters |

MADRID. Perbankan Spanyol berada dalam kondisi memprihatinkan. Sumber pendanaan bank yang berasal dari dana pihak ketiga (DPK) terancam "punah". Perhitungannya, bank kehilangan €1 dari setiap simpanan sebesar €20.

Kondisi ini terjadi selama Juli dan dirilis oleh European Central Bank (ECB). Penarikan dana besar-besaran selama bulan tersebut merupakan yang terburuk sejak 15 tahun terakhir. Masyarakat mulai mengantisipasi kalau-kalau negara ini ditendang dari kesatuan mata uang tunggal.

"Ekonomi Spanyol melemah lebih dalam dan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Ini yang membuat masyarakat khawatir," ujar Robert O'Daly dari Economist Intelligence Unit.

Secara umum, total penarikan dana nasabah mencapai 74 miliar euro. Nilai tersebut setara dengan 5% dari total deposit nasional.

Peneliti asal Nomura, menghitung, penarikan dana di perbankan Spanyol bahkan jauh lebih buruk dari yang pernah dialami Indonesia saat krisis keuangan melanda Asia di akhir 1990-an. Gambarannya, jumlah dana yang sudah keluar dari Spanyol di kuartal II setara dengan 52,3% Gross Domestic Product (GDP) negara itu. "Dua kali lipat dari yang terjadi di Indonesia yakni 23% dari PDB," ulas Jens Nordvig, global head G10 FX strategy, Nomura.

Krisis mata uang

Nordvig menganalisis, tanpa ada aliran euro dari ECB, Spanyol akan mengalami krisis mata uang utama. Terlebih, pemodal asing juga telah menarik dananya dari aset-aset keuangan dalam jumlah besar.

Penarikan dana akan lebih kompleks lagi jika dirunut dari basis kepemilikannya yakni rekening penduduk dan non-penduduk. "Secara keseluruhan penarikan ini sangat ekstrem dan menimbulkan keprihatinan serius atas implikasi yang diakibatkan terhadap stabilitas perbankan," papar Nordvig.

Data dari Bank of Spanyol yang menjadi acuan Nomura, menunjukkan investor asing adalah penjual terbesar surat berharga Spanyol pada kuartal terakhir. Arus keluar akibat kejadian ini mencapai 19,4% dari PDB. Terdapat juga penarikan besar-besaran atas rekening penduduk setempat pada bank asing. Pada kuartal terakhir, arus keluar dari sumber tersebut adalah 16,7% dari PDB.

Spanyol kini tengah dihadapkan dengan babak baru krisis utang zona euro. Tapi pemerintah setempat sejauh ini menolak meminta bailout dari Uni Eropa dan kreditur internasional lainnya, kecuali bantuan yang telah disepakati untuk menyelamatkan sektor perbankan.

Meski begitu, Nomura yakin bahwa Spanyol itu tak bisa menghindari bailout penuh yang berarti ECB akan lebih besar berperan di pasar obligasi. "Skala pelarian modal yang terjadi selama beberapa bulan terakhir mendukung pandangan ini," jelas Nordvig.

Ulasan Nomura tak sepenuhnya diyakini tepat. Analis lain berpendapat bahwa asumsi tersebut terlalu berlebihan. "Penurunan dana simpanan lebih disebabkan oleh aturan baru dan pengalihan aset ke obligasi jangka pendek," ulas Carlos Garcia, Bankir Senior Societe Generale. Obligasi jangka pendek sendiri tidak diperhitungkan oleh sektor perbankan sebagai produk simpanan.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×