Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFP) pada hari Kamis (9/11) melaporkan bahwa seluruh penduduk Gaza kini kekurangan makanan dan terancam mengalami malnutrisi akibat serangan Israel sebulan terakhir.
"Sebelum 7 Oktober, 33% penduduknya mengalami kerawanan pangan. Kami dapat mengatakan bahwa 100% penduduk Gaza berada dalam kondisi rawan pangan saat ini," kata Kyung-nan Park, direktur keadaan darurat WFP, dikutip Reuters.
Lebih lanjut, Park mengatakan bahwa WFP membutuhkan US$112 juta untuk dapat menjangkau 1,1 juta orang di Gaza dalam 90 hari ke depan. Selama periode tersebut, seluruh penduduk terancam mengalami kekurangan gizi.
Tidak hanya soal dana, WFP juga memerlukan akses yang pasti menuju Gaza dan akses yang aman untuk mendistribusikan bantuan di dalam Gaza agar semua bantuan bisa tersalurkan ke pihak yang tepat.
Baca Juga: Sekjen PBB: Korban Sipil Terlalu Tinggi, Ada yang Salah dengan Taktik Israel
"Saat ini kami memasukkan 40 hingga 50 truk (bantuan). Untuk bantuan pangan WFP saja, kami memerlukan 100 truk setiap hari untuk dapat menyediakan makanan kemanusiaan yang berarti bagi masyarakat di Gaza," lanjut Park.
Sejak pintu perbatasan Rafah di Mesir dibuka 21 Oktober lalu, jumlah rata-rata harian truk yang menyeberang ke Gaza kurang dari 19% dari jumlah yang biasa tercatat sebelum konflik.
Para pejabat PBB mengatakan pasokan yang masuk ke Gaza tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk.
Park juga menyampaikan bahwa banyak staf WFP di Gaza yang tidak memiliki cukup makanan selama bertugas. Kekurangan bahan bakar membuat produksi makanan menjadi terganggu.
Baca Juga: Israel Bersedia Berikan Jeda 4 Jam Sehari dalam Perang di Gaza
"WFP dulu bekerja sama dengan lebih dari 23 toko roti di wilayah padat penduduk, namun hanya satu yang masih berfungsi karena kekurangan bahan bakar dan pasokan," ungkap Park.
Israel kini dilaporkan telah bersedia memberikan jeda kemanusiaan singkat selama empat jam sehari. Jeda singkat itu diberikan agar warga sipil bisa melarikan diri dari medan perang.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, John Kirby, mengatakan bahwa jeda kemanusiaan pertama akan diumumkan pada hari Kamis waktu setempat. Israel juga menyatakan komitmennya untuk memberikan pengumuman tiga jam sebelum jeda dimulai.
Selain adanya jeda singkat harian tersebut, AS memastikan bahwa Israel dan Hamas masih belum bersedia melakukan gencatan senjata.