Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan lonjakan penyakit saluran pernapasan atau pneumonia misterius yang saat ini dialami oleh China tidak sebesar sebelum pandemi COVID-19.
Seorang pejabat WHO menegaskan bahwa tidak ada patogen baru atau tidak biasa yang ditemukan dalam kasus-kasus terbaru.
Maria Van Kerkhove, direktur pelaksana departemen kesiapsiagaan dan pencegahan epidemi dan pandemi WHO mengatakan, peningkatan pneumonia misterius ini tampaknya disebabkan oleh peningkatan jumlah anak yang terinfeksi patogen, lantaran mereka selama dua tahun bisa terhindar akibat pembatasan dalam upaya pencegahan penularan COVID-19.
"Kami menanyakan tentang perbandingan sebelum pandemi. Dan gelombang yang mereka lihat sekarang, puncaknya tidak sebesar yang mereka lihat pada 2018-2019," kata Van Kerkhove kepada saluran berita kesehatan STAT dalam wawancara pada Jumat (24/11) pekan lalu.
Baca Juga: WHO Official: China's Respiratory Illness Surge Not As High as Pre-pandemic
"Ini bukan indikasi dari patogen baru. Ini diharapkan. Inilah yang sebagian besar negara alami setahun atau dua tahun yang lalu," tambahnya.
Juru bicara Komisi Kesehatan Nasional China, Mi Feng, mengatakan pada Minggu bahwa lonjakan penyakit pernapasan akut pneumonia misterius terkait dengan sirkulasi bersamaan beberapa jenis patogen, terutama influenza.
Lonjakan ini menjadi masalah global pekan lalu ketika Organisasi Kesehatan Dunia WHO meminta China untuk lebih banyak membuka informasi.
Mengutip laporan tentang kelompok pneumonia tidak terdiagnosis atau pneumonia misterius pada anak-anak oleh Program Pemantauan Penyakit Menular.
China dan WHO telah dihadapkan pada pertanyaan tentang transparansi pelaporan awal dalam pandemi, yang muncul di kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir 2019 silam.
WHO mengatakan pada Jumat bahwa tidak ada patogen baru atau tidak biasa yang ditemukan dalam penyakit-penyakit terbaru dalam pneumonia misterius belakangan ini.
Meningkatkan Layanan
Pejabat kesehatan mendorong otoritas setempat pada Minggu untuk meningkatkan jumlah klinik demam, karena rumah sakit memperingatkan tentang waktu tunggu yang panjang di daerah utara seperti Beijing dan provinsi Liaoning di mana kasus-kasus pada anak-anak tampaknya sangat tinggi.
Baca Juga: Seberapa Mengkhawatirkan Wabah Pneumonia Misterius di China?
Menurut Li Tongzeng, kepala dokter di departemen penyakit menular di Rumah Sakit You'an Beijing, kasus-kasus baru penyakit pernapasan dapat mencapai puncak dalam beberapa minggu mendatang, disebabkan oleh penularan yang terjadi di tempat kerja oleh orang dewasa muda dan di sekolah oleh anak-anak.
Dalam laporan yang diterbitkan pada hari Senin, Li juga memperingatkan tentang potensi gelombang kedua yang mencapai puncak selama liburan Tahun Baru, karena orang tua dapat menjadi lebih rentan terhadap infeksi selama pertemuan keluarga.
Respons Indonesia
Merespons perkembangan yang terjadi di China, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia atau Kemkes mengimbau agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan untuk melakukan pencegahan penyakit menular terkait merebaknya kasus pneumonia misterius di China.
Kemkes telah mengeluarkan peringatan dan meminta semua pihak terkait untuk meningkatkan kewaspadaan menyusul laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai peningkatan kasus pneumonia misterius yang belum terdiagnosis di wilayah China bagian utara.
WHO menginformasikan adanya tanda-tanda pneumonia yang belum terdiagnosis melalui ProMed sejak 22 November 2023.
Hingga saat ini, penyebab pasti dari penyakit pernapasan atau pneumonia misterius ini masih belum diketahui.
Namun, berdasarkan laporan epidemiologi, terjadi peningkatan kasus masyarakat yang terinfeksi secara signifikan yakni sebesar 40 persen pada kasus mycoplasma pneumoniae.
Baca Juga: Kasus Pneumonia Misterius di China Naik, Kemkes Imbau Masyarakat Waspada
Mycoplasma adalah penyakit yang umumnya menyebabkan infeksi pernapasan sebelum munculnya virus COVID-19.
Sejak Mei 2023, tercatat terjadi peningkatan kasus rawat jalan dan rawat inap pada anak akibat mycoplasma pneumoniae tersebut.
Pada Oktober 2023, angka pasien akibat respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, dan influenza juga mengalami kenaikan, meskipun saat ini sudah mengalami penurunan.
Sebagai langkah antisipasi agar kasus ini tidak merebak di Indonesia, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia, pada tanggal 27 November 2023.
Surat edaran tersebut ditujukan kepada seluruh kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala Rumah Sakit, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, dan Kepala Puskesmas di seluruh Indonesia.
Baca Juga: RS China Kebanjiran Anak-Anak yang Terserang Pneumonia, Haruskah Waspada?
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemkes, Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan, penerbitan surat edaran ini bertujuan untuk mengantisipasi penyebaran pneumonia misterius dari China tersebut di Indonesia.
Dalam surat edaran itu, memerintahkan agar Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global, serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau kasus dicurigai pneumonia.
Menkes juga meminta KKP untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang baik awak, personel, dan penumpang transportasi baik udara, laut dan darat di perbatasa, lalu alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, dan binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara, dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit pneumonia misterius tersebut.
Maxi juga menyerukan kepada KKP dan fasilitas pelayanan kesehatan di daerah untuk melakukan surveilans ketat dengan memantau peningkatan kasus.