CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -30.000   -1,94%
  • USD/IDR 15.740   98,00   0,62%
  • IDX 7.244   -140,01   -1,90%
  • KOMPAS100 1.117   -21,26   -1,87%
  • LQ45 887   -14,43   -1,60%
  • ISSI 220   -4,35   -1,94%
  • IDX30 457   -6,42   -1,38%
  • IDXHIDIV20 554   -6,30   -1,12%
  • IDX80 128   -2,00   -1,53%
  • IDXV30 139   -0,11   -0,08%
  • IDXQ30 153   -1,86   -1,20%

WHO pastikan risiko penularan flu burung H10N3 ke manusia masih rendah


Kamis, 03 Juni 2021 / 06:41 WIB
WHO pastikan risiko penularan flu burung H10N3 ke manusia masih rendah
ILUSTRASI. Petugas karantina dengan pakaian pelindung bersiap untuk pekerjaan desinfeksi di peternakan unggas di Mihara, Prefektur Hiroshima, Jepang dalam foto ini diambil oleh Kyodo 7 Desember 2020


Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Temuan infeksi flu burung H10N3 di China jelas menimbulkan kekhawatiran baru di tengah masih panasnya Covid-19. Namun, WHO meyakinkan bahwa risiko penularan flu burung baru ini ke manusia masih rendah.

WHO mengatakan, untuk sementara sumber paparan pasien terhadap virus H10N3 tidak diketahui dan tidak ada kasus lain yang ditemukan di antara penduduk setempat, belum ada indikasi penularan dari manusia ke manusia.

Secara umum risiko infeksi flu burung H10N3 saat ini diyakini sangat rendah. Para ahli menggambarkan kasus ini sebagai kasus sporadis yang umum terjadi.

Kasus seperti ini kadang-kadang terjadi di China yang memiliki populasi besar baik burung ternak maupun burung liar dari banyak spesies.

"Selama virus flu burung beredar di antara unggas, infeksi sporadis flu burung pada manusia tidak mengejutkan, yang merupakan pengingat yang jelas bahwa ancaman pandemi influenza terus berlanjut," ungkap WHO kepada Reuters.

Kasus flu burung H10N3 pada manusia pertama kali diumumkan pada hari Selasa (1/6) di provinsi Jiangsu, China timur. Seorang pria berusia 41 tahun di kota Zhenjiang jadi pengidap pertama.

Berdasarkan catatan Reuters, pria tersebut dirawat di rumah sakit pada 28 April dan didiagnosis dengan H10N3 pada 28 Mei.

Baca Juga: China melaporkan kasus flu burung H10N3 pertama pada manusia

Urutan genetik virus yang menginfeksi pasien belum dipublikasikan, dan akan diperlukan para ilmuwan untuk mengetahui seberapa mudah H10N3 dapat menginfeksi sel manusia.

Jenis virus dari unggas kerap ditemukan di berbagai belahan dunia dan menyebabkan beragam varian flu burung. 

Pada musim dingin 2016-2017, jenis H7N9 muncul di China dan menewaskan hampir 300 orang. Virus jenis ini dinyatakan lebih mematikan pada manusia dibandingkan pada unggas. WHO juga meyakinkan kasus penularan antara manusia cukup langka.

Pada bulan Februari lalu, Rusia melaporkan infeksi manusia pertama dengan virus H5N8 yang menyebabkan kerusakan besar pada peternakan unggas di seluruh Eropa, Rusia dan Asia Timur.

Varian paling mematikan, yakni H5N1, pertama kali ditemukan pada tahun 1997 dan hingga saat ini telah menewaskan 455 orang secara global.

Selanjutnya: Rusia umumkan kasus perdana flu burung pada manusia


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×