kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45867,20   12,42   1.45%
  • EMAS1.357.000 -1,02%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO: Penyakit Infeksi Menular Seksual secara Global Meningkat Pesat!


Rabu, 22 Mei 2024 / 07:26 WIB
WHO: Penyakit Infeksi Menular Seksual secara Global Meningkat Pesat!
ILUSTRASI. Jumlah penyakit infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia meningkat. REUTERS/Dado Ruvic


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Jumlah penyakit infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia meningkat. Menurut laporan baru yang diterbitkan Selasa (21/5/2024) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ini menjadi kekhawatiran utama bagi para pejabat kesehatan.

Melansir ABC News, laporan tersebut menemukan empat IMS yang dapat disembuhkan bertanggung jawab atas lebih dari 1 juta infeksi setiap hari di kalangan orang dewasa berusia antara 15 dan 49 tahun. Empat IMS tersebut yakni klamidia, gonore, sifilis, dan trikomoniasis. Kasus sifilis, khususnya, telah meningkat pesat.

Berdasarkan laporan tersebut, jumlah kasus sifilis baru di kalangan orang dewasa berusia antara 15 dan 49 tahun meningkat dari 7,1 juta pada tahun 2020 menjadi 8 juta pada tahun 2022.

Ditemukan juga peningkatan angka sifilis kongenital, yang terjadi ketika bayi lahir dengan infeksi setelah ibunya menularkannya selama kehamilan. Antara tahun 2020 dan 2022, angka per 100.000 kelahiran hidup per tahun meningkat dari 425 menjadi 523.

Tren global serupa dengan yang terjadi di Amerika Serikat. Laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yang dirilis awal tahun ini menemukan jumlah total kasus sifilis meningkat lebih dari 17% menjadi 207.255 antara tahun 2021 dan 2022. Jumlah ini merupakan kasus terbesar yang dilaporkan sejak tahun 1950.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa kasus gonore yang resistan terhadap antibiotik semakin meningkat, yang disebut sebagai “kekhawatiran” lainnya. 

Pada tahun 2023, sembilan negara melaporkan peningkatan tingkat resistensi – dari 5% menjadi 40% – terhadap ceftriaxone, yang dianggap sebagai pengobatan lini terakhir untuk gonore.

Baca Juga: WHO Perkenalkan Vaksin Demam Berdarah Terbaru, Bernama TAK-003

Data menunjukkan kurangnya skrining terhadap meningkatnya IMS serta permasalahan lain termasuk kurangnya akses terhadap layanan kesehatan. Selain itu, gangguan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 kemungkinan besar menunda pemeriksaan bagi banyak orang.

“Meningkatnya kejadian sifilis menimbulkan kekhawatiran besar,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan. 

Dia menambahkan, untungnya, ada kemajuan penting di sejumlah bidang lainnya termasuk dalam mempercepat akses terhadap komoditas kesehatan penting termasuk diagnostik dan pengobatan.

“Kita mempunyai alat yang diperlukan untuk mengakhiri epidemi ini sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada tahun 2030, namun kita sekarang perlu memastikan bahwa, dalam konteks dunia yang semakin kompleks, negara-negara melakukan semua yang mereka bisa untuk mencapai target ambisius yang mereka tetapkan sendiri,” ujar Tedros.

Selain itu, mengutip news.un.org, sekitar 1,2 juta kasus baru hepatitis B dan hampir satu juta kasus baru hepatitis C dilaporkan pada tahun 2022. 

Baca Juga: WHO: 10 Hari Terakhir Tak Ada Pasokan Medis yang Masuk ke Jalur Gaza




TERBARU

[X]
×