kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO rekomendasikan obat Roche, Sanofi untuk mengurangi risiko kematian Covid-19


Rabu, 07 Juli 2021 / 05:36 WIB
WHO rekomendasikan obat Roche, Sanofi untuk mengurangi risiko kematian Covid-19
ILUSTRASI. WHO merekomendasikan penggunaan obat radang sendi Actemra dari Roche dan Kevzara dari Sanofi untuk pasien Covid-19. REUTERS/Dado Ruvic/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - ZURICH. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (6/7/2021) merekomendasikan penggunaan obat radang sendi Actemra dari Roche dan Kevzara dari Sanofi dengan kortikosteroid untuk pasien Covid-19. Langkah ini diambil WHO setelah data dari sekitar 11.000 pasien menunjukkan obat-obatan ini mengurangi risiko kematian.

Reuters memberitakan, tim WHO mengevaluasi terapi dan menyimpulkan bahwa merawat pasien Covid-19 yang parah dan kritis dengan apa yang disebut antagonis interleukin-6 yang menghalangi peradangan mengurangi risiko kematian dan kebutuhan akan ventilasi mekanis.

Menurut analisis WHO, risiko kematian dalam 28 hari untuk pasien yang mendapatkan salah satu obat radang sendi dengan kortikosteroid seperti deksametason adalah 21%, dibandingkan dengan risiko 25% yang diasumsikan di antara mereka yang mendapat perawatan standar. Menurut WHO, untuk setiap 100 pasien dengan kondisi seperti itu, empat akan bertahan.

Selain itu, risiko berkembang menjadi ventilasi mekanis atau kematian adalah 26% bagi mereka yang mendapatkan obat-obatan dan kortikosteroid, dibandingkan dengan 33% pada mereka yang mendapatkan perawatan standar. WHO mengatakan bahwa berarti untuk setiap 100 pasien seperti itu, tujuh lagi akan bertahan hidup tanpa ventilasi mekanis.

Baca Juga: Catat! Inilah obat terapi Covid-19 untuk isolasi mandiri

"Kami telah memperbarui panduan perawatan perawatan klinis kami untuk mencerminkan perkembangan terbaru ini," kata pejabat Darurat Kesehatan WHO Janet Diaz seperti dikutip Reuters.

Analisis ini mencakup 10.930 pasien, di antaranya 6.449 mendapat salah satu obat dan 4.481 mendapat perawatan standar atau plasebo. Penelitian tersebut dilakukan dengan King's College London, University of Bristol, University College London dan Guy's and St Thomas' NHS Foundation Trust dan diterbitkan pada hari Selasa di Journal of American Medical Association.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) kembangkan inovasi tes RT Lamp Saliva untuk testing Covid-19




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×