Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Pada bulan April, Trump memikirkan kemungkinan menggunakan disinfektan di dalam tubuh untuk menyembuhkan virus dan juga mempromosikan perawatan yang belum terbukti.
Sejak Januari, AFP telah menerbitkan lebih dari 2.000 artikel pengecekan fakta yang membongkar klaim palsu tentang virus corona.
"Tanpa kepercayaan yang tepat dan informasi yang benar, tes diagnostik tidak digunakan, kampanye imunisasi - atau kampanye untuk mempromosikan vaksin yang efektif - tidak akan memenuhi target mereka dan virus akan terus berkembang," kata WHO.
Baca Juga: Petunjuk terbaru WHO hadapi Covid-19: Aktivitas fisik segala usia dan kondisi
Tak tertandingi
"Facebook, Twitter, YouTube dan WhatsApp bertindak sebagai vektor untuk fakta meragukan dan berita palsu, disinformasi kini telah mencapai skala yang tak tertandingi," kata Sylvain Delouvee, seorang peneliti Psikologi Sosial di Rennes 2 University.
Rory Smith dari situs web anti-disinformasi First Draft menyetujui hal tersebut.
"Dari perspektif informasi, (krisis virus corona) tidak hanya menggarisbawahi skala misinformasi di seluruh dunia, tetapi juga dampak negatif misinformasi terhadap kepercayaan pada vaksin, institusi, dan temuan ilmiah secara lebih luas," katanya.