Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pada Rabu (4/1/2023), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan, wabah COVID-19 China baru-baru ini sebagian besar dipimpin oleh subvarian Omicron BA.5.2 dan BF.7. Kedua varian itu bersama-sama menyumbang 97,5% dari semua infeksi lokal.
Melansir Reuters yang mengutip WHO, data tersebut didasarkan pada analisis lebih dari 2.000 genom oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China.
Badan itu juga mengatakan, data itu sejalan dengan genom dari pelancong dari China yang diserahkan ke database global oleh negara lain dan tidak ada varian baru atau mutasi signifikansi yang diketahui yang dicatat dalam data sekuens yang tersedia untuk umum.
Data tersebut berasal dari pengarahan oleh para ilmuwan top China kepada kelompok penasehat teknis badan PBB pada hari Selasa karena meningkatnya kekhawatiran tentang penyebaran cepat virus di negara dengan perekonomian nomor dua dunia itu.
Badan PBB tersebut juga telah meminta para ilmuwan untuk menyajikan data terperinci tentang pengurutan virus, untuk mendapatkan kejelasan yang lebih baik tentang rawat inap, kematian, dan vaksinasi.
Baca Juga: Warga China Mengambil Risiko pada Obat-obatan di Pasar Gelap Saat COVID-19 Melonjak
Sebelumnya diberitakan, masyarakat global mencemaskan tentang keakuratan pelaporan China tentang wabah COVID-19 di mana banyak warga China yang telah memenuhi rumah sakit dan membuat beberapa rumah duka kewalahan sejak Beijing tiba-tiba mencabut kebijakan nol COVID-nya.
WHO merilis data yang disediakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC), sehari setelah pejabat WHO bertemu dengan para ilmuwan China. China telah melaporkan kematian akibat COVID setiap hari dalam angka tunggal.
Mike Ryan, direktur kedaruratan WHO, mengatakan bahwa angka saat ini yang diterbitkan dari China kurang mewakili data mengenai pasien rawat inap, pasien unit perawatan intensif dan terutama dalam hal kematian akibat COVID-19.
Baca Juga: 3 Alasan Mengapa Gelombang Covid-19 Terbaru China Memicu Kepanikan Global
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, WHO tengah berupaya mencari data yang lebih cepat dan teratur dari China tentang rawat inap dan kematian.
"WHO prihatin dengan risiko terhadap kehidupan di China dan telah menegaskan kembali pentingnya vaksinasi, termasuk dosis penguat untuk melindungi masyarakat dari rawat inap, penyakit parah, dan kematian," katanya.