kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO titahkan riset ulang soal kapan virus Covid-19 muncul di Italia


Rabu, 02 Juni 2021 / 06:03 WIB
WHO titahkan riset ulang soal kapan virus Covid-19 muncul di Italia
ILUSTRASI. Ada tekanan internasional yang meningkat untuk mempelajari lebih lanjut tentang asal-usul pandemi yang telah menewaskan lebih dari 3 juta orang di seluruh dunia. REUTERS/Yara Nardi


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MILAN. Sampel dari sebuah penelitian yang menunjukkan virus corona telah beredar di luar China pada Oktober 2019 telah diuji ulang atas permintaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal tersebut diungkapkan oleh dua ilmuwan yang memimpin penelitian di Italia.

Melansir Reuters, ada tekanan internasional yang meningkat untuk mempelajari lebih lanjut tentang asal-usul pandemi yang telah menewaskan lebih dari 3 juta orang di seluruh dunia. Presiden AS Joe Biden pekan lalu memerintahkan para pembantunya untuk segera menemukan jawabannya.

WHO mengatakan pada hari Jumat (28/5/2021), para ahli sedang mempersiapkan proposal tentang studi selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengetahui asal-usul virus. Akan tetapi tidak ada batas waktu yang ditetapkan.

Terkait hal tersebut, Badan PBB itu bereaksi terhadap pengumuman Biden bahwa badan intelijen sedang mengejar teori saingan, termasuk kemungkinan kecelakaan laboratorium di China, dengan mengatakan pencarian itu diracuni oleh politik.

Baca Juga: Ilmuwan memburu wanita China dengan julukan Pasien Su, diduga pasien nol Covid-19

Reuters memberitakan, Covid-19 pertama kali diidentifikasi di kota Wuhan di China pada pertengahan pada Desember 2019. Sementara, pasien pertama Italia terdeteksi pada 21 Februari tahun lalu di sebuah kota kecil dekat Milan.

Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu menunjukkan antibodi terhadap virus atau varian terdeteksi di Italia pada 2019.

Hal tersebut mendorong media pemerintah China menduga bahwa virus itu mungkin tidak berasal dari China, meskipun para peneliti Italia menekankan temuan itu menimbulkan pertanyaan tentang kapan virus itu pertama kali muncul, bukan di mana virus pertama kali berasal.

Baca Juga: Lonjakan kasus COVID-19 terjadi di kota China ini, ratusan penerbangan dibatalkan

"WHO bertanya kepada kami apakah kami dapat memberikan bahan biologis dan apakah kami dapat menjalankan kembali tes di laboratorium independen. Kami menerimanya," jelas Giovanni Apolone, direktur ilmiah dari salah satu lembaga utama, Institut Kanker Milan (INT).

Permintaan WHO sebelumnya belum pernah dilaporkan.

"WHO telah berkomunikasi dengan para peneliti yang telah menerbitkan makalah aslinya. Sebuah kerjasama dengan laboratorium mitra telah disiapkan untuk pengujian lebih lanjut," kata seorang juru bicara WHO kepada Reuters.

Juru bicara itu mengatakan WHO mengetahui bahwa para peneliti berencana untuk menerbitkan laporan tindak lanjut "dalam waktu dekat".

Dia mengatakan, badan PBB telah menghubungi semua peneliti yang telah menerbitkan atau memberikan informasi tentang sampel yang dikumpulkan pada 2019 yang dilaporkan telah dites positif SARS-CoV-2, tetapi belum memiliki interpretasi akhir dari hasilnya.

Temuan para peneliti Italia, yang diterbitkan oleh majalah ilmiah INT, Tumori Journal, menunjukkan antibodi penawar terhadap SARS-CoV-2 dalam darah yang diambil dari sukarelawan sehat di Italia pada Oktober 2019 selama uji coba skrining kanker paru-paru.

Baca Juga: Ini dua teori asal usul virus corona versi intelijen AS

Sebagian besar sukarelawan berasal dari Lombardy, wilayah utara di sekitar Milan, yang merupakan daerah pertama dan paling parah terkena virus di Italia.

"Tak satu pun dari penelitian yang diterbitkan sejauh ini pernah mempertanyakan asal geografis," kata Apolone kepada Reuters.

"Keraguan yang berkembang adalah bahwa virus itu, mungkin kurang kuat dibandingkan dengan bulan-bulan berikutnya, telah beredar di China jauh sebelum kasus yang dilaporkan," tambah Apolone.

Pengujian di Belanda

Menurut Emanuele Montomoli, rekan penulis studi asli dan profesor Kesehatan Masyarakat di Departemen Kedokteran Molekuler di Universitas Siena, WHO memilih laboratorium Universitas Erasmus di Rotterdam untuk melakukan pengujian ulang.

Universitas Erasmus tidak membalas permintaan komentar yang dilayangkan Reuters.

Peneliti Italia mengirim tim di Rotterdam 30 sampel biologis dari Oktober-Desember 2019 yang mereka temukan positif, 30 sampel dari periode yang sama mereka diuji negatif dan 30 sampel dari 2018, negatif.

"Kami mengirimkan data buta, itu berarti rekan kami tidak tahu sampel mana yang positif dan mana yang negatif," kata Apolone.

"Mereka memeriksa ulang sampel kami dengan tes komersial, yang jauh lebih sensitif daripada yang kami rancang dan validasikan," kata Montomoli.

Baca Juga: Komunitas intelijen AS akui dua teori asal usul virus corona, apa saja?

Terlepas dari perbedaan dalam dua metode pendeteksian, kedua ilmuwan Italia mengatakan mereka puas dengan hasil yang dikirimkan kepada mereka pada akhir Februari. Dia menambahkan, mereka tidak dapat berkomentar lebih lanjut sampai tim ilmuwan Italia dan Belanda mempublikasikan temuan mereka.

"Kami tidak mengatakan dalam penelitian kami bahwa kami dapat menetapkan tanpa keraguan bahwa virus corona, yang kemudian diurutkan di Wuhan, sudah beredar di Italia pada Oktober," kata Montomoli.

“Kami hanya menemukan respon virusnya, yakni antibodi. Jadi bisa dikatakan virus corona ini atau yang sangat mirip, mungkin varian yang kurang menular, beredar di sini pada Oktober,” imbuhnya.

Selanjutnya: China: Politisasi hambat penyelidikan lebih lanjut asal-usul COVID-19




TERBARU

[X]
×