Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menurut Emanuele Montomoli, rekan penulis studi asli dan profesor Kesehatan Masyarakat di Departemen Kedokteran Molekuler di Universitas Siena, WHO memilih laboratorium Universitas Erasmus di Rotterdam untuk melakukan pengujian ulang.
Universitas Erasmus tidak membalas permintaan komentar yang dilayangkan Reuters.
Peneliti Italia mengirim tim di Rotterdam 30 sampel biologis dari Oktober-Desember 2019 yang mereka temukan positif, 30 sampel dari periode yang sama mereka diuji negatif dan 30 sampel dari 2018, negatif.
"Kami mengirimkan data buta, itu berarti rekan kami tidak tahu sampel mana yang positif dan mana yang negatif," kata Apolone.
"Mereka memeriksa ulang sampel kami dengan tes komersial, yang jauh lebih sensitif daripada yang kami rancang dan validasikan," kata Montomoli.
Baca Juga: Komunitas intelijen AS akui dua teori asal usul virus corona, apa saja?
Terlepas dari perbedaan dalam dua metode pendeteksian, kedua ilmuwan Italia mengatakan mereka puas dengan hasil yang dikirimkan kepada mereka pada akhir Februari. Dia menambahkan, mereka tidak dapat berkomentar lebih lanjut sampai tim ilmuwan Italia dan Belanda mempublikasikan temuan mereka.
"Kami tidak mengatakan dalam penelitian kami bahwa kami dapat menetapkan tanpa keraguan bahwa virus corona, yang kemudian diurutkan di Wuhan, sudah beredar di Italia pada Oktober," kata Montomoli.
“Kami hanya menemukan respon virusnya, yakni antibodi. Jadi bisa dikatakan virus corona ini atau yang sangat mirip, mungkin varian yang kurang menular, beredar di sini pada Oktober,” imbuhnya.