kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

WHO umumkan obat penyelamat nyawa untuk pasien Covid-19 yang sakit parah


Kamis, 08 Juli 2021 / 07:25 WIB
WHO umumkan obat penyelamat nyawa untuk pasien Covid-19 yang sakit parah
ILUSTRASI. WHO telah menambahkan penghambat reseptor interleukin-6 untuk pasien Covid-19 yang sakit parah. Fabrice Coffrini/Pool via REUTERS


Sumber: Al Jazeera | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menambahkan penghambat reseptor interleukin-6 yang diklaim bisa menyelamatkan nyawa seseorang ke dalam daftar perawatan untuk pasien Covid-19.

Melansir Al Jazeera, WHO mengatakan obat-obatan tersebut bekerja sangat baik bila digunakan bersama kortikosteroid, yang direkomendasikan oleh WHO pada September 2020.

"Obat-obatan ini menawarkan harapan bagi pasien dan keluarga yang menderita dampak buruk dari Covid-19 yang parah dan kritis," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.

Pasien dengan kasus Covid-19 yang parah, sering menderita reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh. Obat penghambat interleukin-6 – tocilizumab dan sarilumab – bertindak untuk menekan reaksi berlebihan tersebut.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Moderna akan digunakan dalam vaksinasi nasional, ini efek sampingnya

Al Jazeera memberitakan, hasil uji coba WHO menunjukkan bahwa pada pasien yang sakit parah, pemberian obat ini mengakibatkan 15 kematian lebih sedikit per 1.000 pasien. Untuk penyakit kritis, penggunaan interleukin-6 berarti sebanyak 28 kematian lebih sedikit untuk setiap 1.000 pasien.

Penggunaan obat-obatan juga berarti kemungkinan pasien yang sakit parah dan kritis yang memakai ventilator berkurang 28 persen, dibandingkan dengan perawatan standar.

Rekomendasi itu muncul ketika negara-negara di seluruh dunia termasuk Afrika Selatan, Indonesia, dan Bangladesh memerangi gelombang baru virus yang menghancurkan yang dipicu oleh varian Delta. Varian ini pertama kali muncul di India. 

Baca Juga: Inilah efek samping vaksin Covid-19 buatan Moderna, bantuan dari AS



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×