Sumber: Live Science | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Setelah melakukan penyelidikan selama berbulan-bulan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya menemukan jawaban dari mana pandemi virus corona berasal.
Berdasarkan hasil investigasinya, WHO menemukan bahwa peternakan satwa liar di China kemungkinan besar menjadi sumber pandemi COVID-19.
Melansir Live Science, Kamis (18/3/2021), Peter Daszak, seorang ahli ekologi penyakit di tim WHO yang melakukan perjalanan ke China, menjelaskan kepada NPR bahwa peternakan satwa liar ini, banyak di antaranya terletak di atau sekitar provinsi Yunnan di China selatan, kemungkinan besar memasok hewan ke pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di Wuhan.
Seperti yang diketahui, Wuhan merupakan tempat kasus awal Covid-19 ditemukan tahun lalu. Beberapa dari hewan liar tersebut bisa saja tertular SARS-CoV-2 dari kelelawar di daerah tersebut.
WHO diperkirakan akan merilis temuannya dalam laporan dalam beberapa minggu mendatang.
Baca Juga: Laporan yang paling ditunggu-tunggu dari misi WHO ke Wuhan terbit pekan ini?
Live Science memberitakan, pada bulan Januari, tim ahli WHO melakukan perjalanan ke China untuk menyelidiki bagaimana pandemi mematikan, pertama kali dimulai. Catatan saja, hingga saat ini, virus corona telah menginfeksi lebih dari 120 juta orang dan menewaskan 2,6 juta di seluruh dunia.
Banyak teori konspirasi telah menyebar tentang asal-usul virus, termasuk bahwa virus itu lolos dari laboratorium Wuhan. Bulan lalu, penyelidik WHO menepis penjelasan itu.
Baca Juga: Peneliti WHO sarankan cari sumber virus corona di seluruh dunia
Konsensus umum di antara para ilmuwan adalah bahwa virus corona beredar di kelelawar dan melompat ke manusia, kemungkinan melalui spesies perantara. Itulah tepatnya yang ditemukan oleh penyelidikan WHO: Virus itu kemungkinan ditularkan dari kelelawar di China selatan ke hewan di peternakan satwa liar, dan kemudian ke manusia.
Daszak menjelaskan kepada NPR, peternakan satwa liar adalah bagian dari proyek yang telah dipromosikan pemerintah China selama 20 tahun untuk mengangkat penduduk pedesaan keluar dari kemiskinan dan menutup kesenjangan pedesaan-perkotaan.
"Mereka mengambil hewan eksotis, seperti musang, landak, trenggiling, anjing rakun dan tikus bambu, dan mereka membiakkannya di penangkaran," kata Daszak.
Tetapi pada Februari 2020, China menutup peternakan itu, kemungkinan karena pemerintah China mengira bahwa itu adalah bagian dari jalur transmisi dari kelelawar ke manusia, kata Daszak.
Pemerintah mengirimkan instruksi kepada peternak tentang bagaimana mengubur, membunuh atau membakar hewan dengan cara yang tidak menyebarkan penyakit, kata Daszak kepada NPR.
Baca Juga: Pakar: Covid-19 tidak akan pernah berakhir
Menurut NPR yang dikutip oleh Live Science, banyak dari peternakan ini membiakkan hewan yang dapat membawa virus corona, termasuk musang, kucing, dan trenggiling. Sebagian besar berlokasi di atau dekat provinsi Yunnan di China selatan, tempat para ilmuwan sebelumnya menemukan virus kelelawar yang 96% mirip dengan SARS-CoV-2.
WHO masih belum mengetahui hewan apa yang membawa virus dari kelelawar ke manusia.
"Saya pikir SARS-CoV-2 pertama kali menyerang orang-orang di China Selatan. Tampaknya seperti itu," kata Daszak kepada NPR. WHO juga menemukan bukti bahwa peternakan satwa liar ini memasok pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.
Baca Juga: China: Kami akan terus bekerja dengan WHO untuk temukan asal-usul virus corona
"China menutup jalur itu karena suatu alasan. Yakni, mereka mungkin berpikir bahwa ini adalah jalur penularan yang paling mungkin, yang juga akan disimpulkan oleh laporan WHO," kata Daszak.