Sumber: Live Science | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Daszak menjelaskan kepada NPR, peternakan satwa liar adalah bagian dari proyek yang telah dipromosikan pemerintah China selama 20 tahun untuk mengangkat penduduk pedesaan keluar dari kemiskinan dan menutup kesenjangan pedesaan-perkotaan.
"Mereka mengambil hewan eksotis, seperti musang, landak, trenggiling, anjing rakun dan tikus bambu, dan mereka membiakkannya di penangkaran," kata Daszak.
Tetapi pada Februari 2020, China menutup peternakan itu, kemungkinan karena pemerintah China mengira bahwa itu adalah bagian dari jalur transmisi dari kelelawar ke manusia, kata Daszak.
Pemerintah mengirimkan instruksi kepada peternak tentang bagaimana mengubur, membunuh atau membakar hewan dengan cara yang tidak menyebarkan penyakit, kata Daszak kepada NPR.
Baca Juga: Pakar: Covid-19 tidak akan pernah berakhir
Menurut NPR yang dikutip oleh Live Science, banyak dari peternakan ini membiakkan hewan yang dapat membawa virus corona, termasuk musang, kucing, dan trenggiling. Sebagian besar berlokasi di atau dekat provinsi Yunnan di China selatan, tempat para ilmuwan sebelumnya menemukan virus kelelawar yang 96% mirip dengan SARS-CoV-2.
WHO masih belum mengetahui hewan apa yang membawa virus dari kelelawar ke manusia.
"Saya pikir SARS-CoV-2 pertama kali menyerang orang-orang di China Selatan. Tampaknya seperti itu," kata Daszak kepada NPR. WHO juga menemukan bukti bahwa peternakan satwa liar ini memasok pedagang di Pasar Grosir Makanan Laut Huanan.
Baca Juga: China: Kami akan terus bekerja dengan WHO untuk temukan asal-usul virus corona
"China menutup jalur itu karena suatu alasan. Yakni, mereka mungkin berpikir bahwa ini adalah jalur penularan yang paling mungkin, yang juga akan disimpulkan oleh laporan WHO," kata Daszak.