kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Won dan Rupiah Memimpin Penguatan Mata Uang Asia


Selasa, 16 Desember 2008 / 14:33 WIB
Won dan Rupiah Memimpin Penguatan Mata Uang Asia


Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

SEOUL/JAKARTA. Nilai mata uang Korea Selatan, won, hari ini mulai pulih. Pergerakan won bahkan memimpin penguatan di kawasan Asia. “Saya melihat mata uang Korea sudah mulai membaik. Masa paling buruk bagi won sepertinya sudah berakhir,” jelas Sean Callow, currency strategist Westpac Banking Corp.

Berdasarkan data dari Money Brokerage Services Ltd, pada pukul 13.21 waktu Seoul, nilai won mengalami penguatan sebesar 0,6% menjadi 1.359 per dolar.

Pada minggu lalu, bank sentral Korea memangkas tingkat suku bunga acuannya ke rekor terendah menjadi 3% dan memprediksi perekonomian hanya akan tumbuh sebesar 2% pada 2009. Angka tersebut merupakan yang terendah dalam 11 tahun terakhir.

Sementara itu, setelah tiga hari berturut-turut mengalami pelemahan, rupiah hari ini kembali menguat sebesar 0,5% menjadi Rp 11.159 per dolar.

Ada beberapa hal yang menyebabkan hal ini. Salah satunya yakni semakin besarnya dana asing yang masuk ke Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Keuangan, investor asing saat ini terus saja menambah investasi mereka ke rupiah. Buktinya, dalam lima hari terakhir ini, global fund juga membeli saham-saham perusahaan di Indonesia.

Selain itu, pada 4 Desember lalu, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuannya menjadi 9,25% dari sebelumnya 9,5%. Jika nanti the Federal Reserve (the Fed) memotong suku bunga sebesar 0,5%, maka hal itu akan memberikan keuntungan yang besar bagi suku bunga Indonesia menjadi 8,75%. Angka ini merupakan yang terbesar dalam tiga tahun terakhir.

“Indonesia akan merasakan keuntungan dari adanya upaya para investor asing untuk mencari yield tinggi. Meski demikian, sepertinya sangat sulit untuk menembus level 11.000 dalam jangka waktu dekat,’ jelas Bayu Kurniawan, currency and options trader PT Bank International Indonesia di Jakarta.



TERBARU

[X]
×