Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
JENEWA. Optimisme terhadap pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan China tampaknya belum memulihkan wajah perdagangan global. Sebagai bukti, Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) masih bernada pesimistis.
Jelasnya begini, WTO memangkas pertumbuhan perdagangan global menjadi 2,5% di sepanjang tahun 2013. Angka ini turun dari hitungan awal WTO yang memasang proyeksi pertumbuhan 3,3%. Menatap tahun 2014, WTO masih juga pesimistis. WTO memotong proyeksi pertumbuhan perdagangan global di tahun 2014 menjadi 4,5% dari sebelumnya 5%.
Ketua WTO, Roberto Azevedo mengatakan, penurunan proyeksi pertumbuhan tersebut lantaran pemulihan ekonomi Eropa masih di bawah estimasi. Catatan saja, selama periode April-Juni 2013, pertumbuhan ekonomi Zona Euro naik 0,3% year on year.
Di sisi lain, Azevedo menilai, gejolak di pasar finansial emerging market masih belum memengaruhi pertumbuhan transaksi perdagangan global. Menurut Azevedo, perlambatan ekonomi emerging market seperti Brasil, China dan India masih tetap bertumbuh lebih positif dibandingkan ekonomi Eropa. "Ekonomi negara berkembang masih jadi motor pertumbuhan global," ujar dia, seperti dikutip Financial Times.
Pertemuan Bali
Demi menggenjot transaksi perdagangan global, Azevedo, yang baru menduduki posisi Ketua WTO sejak 1 September kemarin, fokus pada sistem perdagangan multilateral. Desakan WTO untuk mempercepat kebijakan pasar bebas bakal menjadi isu utama pada pertemuan WTO di Bali. Pertemuan dua tahunan WTO ini bakal berlangsung Desember 2013 mendatang.
Azevedo memasang target, pertemuan WTO di Bali bakal menghasilkan perjanjian dagang sebesar US$ 1 triliun. "Sistem perdagangan multilateral merupakan strategi terbaik untuk mempercepat pertumbuhan dan pemulihan ekonomi glboal," jelas dia. Azevedo menilai, saat ini sistem perdagangan multilateral masih sulit diterapkan oleh sekitar 159 negara anggota WTO. Salah satu unsur perdagangan multilateral adalah free trade.
Nah, selama ini beberapa negara enggan melibatkan WTO untuk menerapkan kebijakan free trade. Bahkan, banyak negara masih mengusung kebijakan proteksionisme. Catatan saja, ini bukan pertama kalinya WTO memangkas proyeksi pertumbuhan perdagangan global.
Sebelumnya, di April 2013, WTO sudah menurunkan pertumbuhan perdagangan global menjadi 3,3% dari sebelumnya 4,5%. Kala itu, alasan WTO memangkas pertumbuhan lantaran pencapaian pertumbuhan perdagangan tahun 2012 hanya sebesar 2%. Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak WTO mulai mencatat angka perdagangan pada tahun 1981 silam.
Pencapaian ini bahkan meleset dari perkiraan awal WTO yang memproyeksi 3,7%. Selain krisis Eropa, perdagangan global di sepanjang 2012 melemah karena guncangan ekonomi pasca gempa Jepang. Faktor lain, ketidakamanan politik negara kaya minyak, Timur Tengah.