kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   -9.000   -0,64%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

Yen Makin Loyo, Jepang Rogoh Dana US$ 62 Miliar Untuk Intervensi


Sabtu, 01 Juni 2024 / 10:42 WIB
Yen Makin Loyo, Jepang Rogoh Dana US$ 62 Miliar Untuk Intervensi
ILUSTRASI. FILE PHOTO: U.S. Dollar and Japan Yen notes are seen in this picture illustration June 2, 2017. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KONTAN.CO.ID -TOKYO. Pemerintah Jepang menghabiskan rekor dana operasi pasar (intervensi) sebesar ¥ 9,8 triliun atau sekitar Rp 1.011,45 triliun dalam sebulan terakhir untuk menopang pelemahan yen. Ini setelah yen jatuh ke level terendah dalam 34 tahun terhadap dolar Amerika Serikat (AS). 

Hal itu diungkapkan Kementerian Keuangan Jepang pada Jumat (31/5). Menurut Kementerian Keuangan Jepang, rekor intervensi tersebut untuk periode antara 26 April dan 29 Mei 2024. Nilai tersebut melampaui perkiraan sebesar ¥ 9,4 triliun dan rekor intervensi bulanan Jepang sebelumnya senilai ¥ 9,1 triliun.

Rekor dana intervensi periode April-Mei 2024, juga melampaui jumlah total yang digunakan pemerintah Jepang pada tahun 2022 untuk menjaga stabilitas nilai tukar yen.

Namun, langkah intervensi ini menunjukkan komitmen pemerintah Jepang untuk melawan para spekulan yang bertaruh terhadap yen. 

"Jumlahnya memang terlihat besar. Namun, sebagian besar berada dalam kisaran yang diharapkan," kata Hirofumi Suzuki, Kepala Strategi Valas di Sumitomo Mitsui Banking Corp, seperti dikutip dari Bloomberg, Sabtu (1/6). 

Baca Juga: FOREX - Dolar AS Melemah Menjelang Data Inflasi Penting di Hari Jumat

Pada penutupan pasar Jumat kemarin pukul 19:20 waktu Tokyo, yen melemah sekitar 0,3% terhadap dolar ke level 157,25. Yen diperkirakan akan terus berada di bawah tekanan terhadap dolar AS. Ini mengingat kesenjangan yang semakin lebar antara suku bunga bank sentral Jepang dan AS. 

Memang, bank sentral Jepang, yakni Bank of Japan (BOJ), pada akhirnya sejalan dengan bank sentral AS, The Federal Reserve, untuk memperketat kebijakan moneternya.

Cuma, suku bunga jangka pendek bank sentral Jepang masih lebih rendah, yakni hanya 0,1% dibandingkan dengan suku bunga The Fed yang mencapai 5,5%. 

Sampai ada tanda-tanda yang lebih jelas mengenai kapan suku bunga AS akan mulai turun atau BOJ mendorong lebih agresif untuk menaikkan biaya pinjaman atau mengurangi pembelian obligasi, kecil kemungkinan keadaan akan berbalik.

Baca Juga: Jepang Siap Luncurkan Kebijakan untuk Menghadapi Fluktuasi Mata Uang

Pemerintah Jepang sadar bahwa upaya mereka hanya mengulur waktu dan bukan membalikkan dinamika. Dari sudut pandang ini, intervensi yang dilakukan otoritas moneter Jepang relatif berhasil.

"Tanpa intervensi, yen akan semakin melemah. Jadi operasi pasar sekitar ¥ 10 triliun yen itu efektif," kata Hideo Kumano, Ekonom di Dai-Ichi Life Research Institute dan mantan pejabat BOJ. 

Dia melihat, meskipun telah kehilangan sebagian besar keuntungannya dibandingkan bulan lalu, yen masih belum kembali ke posisi 160 per dolar AS.

"Anda tidak bisa mengatakan seberapa besar dampak yang akan diperoleh dari pengeluaran sejumlah uang (intervensi), karena pasar itu seperti makhluk hidup," imbuh Kumano. 

Cadangan devisa

Sejauh ini, para pejabat otoritas Jepang masih tetap bungkam terkait langkah mereka masuk ke pasar merupakan bagian dari strategi untuk melindungi kepentingan pelaku pasar dari aksi para spekulan.

Kali ini, pihak berwenang berhasil mengulur waktu sekitar satu bulan dengan melakukan intervensi di awal periode pelaporan terakhir. Jepang mendanai intervensinya untuk membeli yen dengan menjual cadangan mata uang asingnya.

Data pada akhir April 2024 menunjukkan, bahwa Jepang memiliki cadangan devisa sebesar US$ 1,14 triliun. Kondisi ini menunjukkan bahwa Jepang masih memiliki banyak kekuatan untuk menghadapi penurunan yen. 

Meski begitu, Jepang hanya dapat memanfaatkan sebagian dari cadangan devisanya untuk mendukung mata uangnya. Ini mengingat kebutuhan untuk menjaga mata uang asing tetap tersedia, jika terjadi krisis global atau keadaan darurat lainnya.

Baca Juga: BOJ Pangkas Pembelian Obligasi Pemerintah, Beri Sinyal Hawkish ke Pasar

Tim analis Bloomberg menilai, saat ini Jepang masih memiliki cadangan devisa yang cukup. "Kami juga berpendapat, strategi Kementerian Keuangan adalah memilih waktu intervensi dengan hati-hati dibandingkan membelanjakan dananya secara sembarangan. Artinya, risiko habisnya cadangan devisa Jepang masih sangat terbatas," tulisnya.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen telah berulang kali mengimbau agar intervensi mata uang harus menjadi alat yang jarang digunakan otoritas moneter.

"Negara-negara Kelompok G7 telah sepakat untuk tidak mengutak-atik nilai tukar mata uang, kecuali mereka dapat mengurangi volatilitas yang ekstrem," kata Yellen, awal bulan ini. 

Jika yen terus melemah, tekanan terhadap BOJ akan semakin meningkat untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna membendung pelemahan tersebut.

Sudah ada tanda-tanda bahwa Gubernur BOJ Kazuo Ueda mengambil sikap lebih terbuka terhadap kemungkinan menaikkan suku bunga acuannya jika yen memicu inflasi. 

Baca Juga: Cadangan Valas Jepang Anjlok US$ 14 Miliar

Perubahan nada ini menyusul pertemuan dengan Perdana Menteri Fumio Kishida pada awal Mei setelah intervensi terbaru. Pernyataan Ueda setelah pertemuan kebijakan BOJ bulan April lalu dipandang telah memicu pelemahan yen yang mendorong intervensi. Hasil tersebut mencerminkan rangkaian peristiwa serupa pada September 2022.

Namun, bank sentral telah melakukan perubahan sejak Ueda mengambil alih kepemimpinan, dengan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak tahun 2007 dan menurunkan batasan imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun.

Membiarkan imbal hasil naik di atas 1% kemungkinan akan mencegah yen melemah hingga kisaran 160 per dolar AS. Meski begitu, Hideo Kumano mengatakan, itu bukan berarti kenaikan suku bunga BOJ akan kembali terjadi pada Juli mendatang.

"Namun, kemungkinan akan mengisyaratkan adanya kenaikan suku bunga sekaligus meningkatkan ekspektasi imbal hasil yang lebih tinggi," tandasnya. 




TERBARU

[X]
×