kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rusia kehilangan US$ 140 miliar


Rabu, 26 November 2014 / 07:01 WIB
Rusia kehilangan US$ 140 miliar
ILUSTRASI. Tanda-tanda gigi geraham bungsu tumbuh terkadang menekan saraf sehingga menyebabkan nyeri di sekitar rahang, mata, dan telinga.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

MOSKWA. Tekanan ekonomi Rusia makin berat. Setelah sanksi Eropa dan Amerika Serikat sejak awal tahun, harga minyak yang terus turun memperberat risiko ekonomi. Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan, sudah ada kontraksi aliran modal ke dalam negeri. "Kami kehilangan sekitar US$ 40 miliar per tahun karena sanksi geopolitik dan antara US$ 90 miliar sampai US$ 100 miliar karena penurunan hingga 30% harga minyak," kata Siluanov seperti dikutip Bloomberg, Selasa (25/11).

Selain menghadapi penurunan harga minyak, Rusia mencatat penurunan nilai tukar mata uang rubel hingga 27% terhadap dollar AS sepanjang tahun ini. "Harga minyak turun 30% sejak awal tahun dan nilai tukar rubel mengikuti harga minyak," imbuh Siluanov.

Menurut sumber pemerintahan Rusia, Presiden Vladimir Putin meminta tim ekonominya untuk menyusun rencana penyelamatan ekonomi dengan asumsi sanksi berlangsung selama 10 tahun. Ekonomi Rusia yang tumbuh pada laju terendah dalam empat tahun terakhir, akan masuk resesi tahun depan kalau harga minyak turun ke level US$ 60 per barel dan sanksi makin ketat.

Bank Sentral Rusia memprediksi, ekonomi kemungkinan stagnan alias tumbuh 0% tahun depan setelah tumbuh 1,3% tahun ini. Pada tahun 2007 ketika harga minyak Brent sebesar US$ 73 per barel, produk domestik bruto Rusia naik 8,5%.

Kementerian Ekonomi memperkirakan, aliran dana keluar bersih bisa US$ 130 miliar tahun ini. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak krisis finansial 2008. Minyak dan gas menyumbang sekitar 50% pendapatan Rusia. Porsi pendapatan dari minyak dan gas terus menurun seiring penurunan harga komoditas energi ini.

Deutsche Bank AG mengestimasi, Rusia perlu harga minyak Brent di level US$ 100 per barel tahun ini untuk menyeimbangkan anggaran. Harga minyak Brent untuk pengiriman Januari 2015 berada di level US$ 79,83 per barel di pasar komoditas ICE Futures, kemarin.

Iran, Libia dan Venezuela mendorong organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) untuk menurunkan produksi agar harga minyak bisa bertahan. Tapi, Kuwait mengatakan, pemangkasan akan sulit dilakukan.

Igor Sechin, pejabat perminyakan Rusia paling disegani, melawat ke Wina untuk berbicara kepada para anggota OPEC soal pemangkasan produksi. Harga minyak terus turun sejak pertengahan tahun karena melubernya pasokan. Limpahan pasokan ini terutama berasal dari booming produksi minyak di Amerika Serikat dan menurunnya permintaan dari Eropa dan Asia.

Kepada BBC, Daniel Bathe dari Lupus Alpha Investment mengatakan, pasar mempertanyakan kredibilitas OPEC dan pengaruhnya ke pasar minyak dunia kalau tidak ada pemangkasan. Menteri Energi Rusia Alexander Novak bilang bahwa Rusia tengah mempertimbangkan pemangkasan produksi. Tapi rencana ini belum disetujui.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×