kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejarah panjang Korut atas peretasan dunia


Rabu, 17 Mei 2017 / 17:05 WIB
Sejarah panjang Korut atas peretasan dunia


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

LONDON. Peneliti keamanan IT mencurigai adanya keterkaitan antara Korea Utara dengan serangan siber besar-besaran yang menyerang setidaknya 150 negara di seluruh dunia.

Mereka berpendapat, saat ini masih terlalu dini untuk mengatakan Korut berada di balik penyebaran virus ransomware yang telah menginveksi ratusan ribu komputer sejak Jumat (12/5) lalu.

Namun, rezim Korut tercatat memiliki keterkaitan atas sejumlah kasus peretasan besar di masa lalu.

Berikut adalah sejumlah kasus peretasan besar tersebut.

- Bank di seluruh dunia

Sebuah kelompok yang terkait dengan Korut diperkirakan bertanggungjawab atas sejumlah serangan atas institusi finansial dunia.

Peretasan terbesar terjadi pada Februari 2016, di mana ada pengalihan dana senilai US$ 101 juta keluar dari rekening bank sentral Bangladesh di Federal Reserve New York. Dana itu dipindahkan ke Sri Lanka dan Filipina. Mayoritas dari dana tersebut tidak bisa diselamatkan.

Peneliti keamanan lantas menemukan, taktik serupa juga sudah dilakukan untuk menyerang beberapa bank di Ekuador, Filipina dan Vietnam.

Namun, itu hanyalah sebagian gambaran atas kasus yang ada. Peneliti dari perusahaan cybersecurity Kaspersky Lab menjelaskan, pada April, kelompok peretas yang dikenal dengan sebutan Lazarus, juga menyerang institusi finansial di Costa Rica, Ethiopia, Gabon, India, Indonesia, Irak, Kenya, Malaysia, Nigeria, Poland, Taiwan, Thailand, dan Uruguay.

Berdasarkan riset Kaspersky, kelompok Lazarus secara hati-hati mengalihkan sinyal mereka melalui Prancis, Korea Utara, dan Taiwan untuk menyiapkan server mereka.

Kendati demikian, para peneliti menemukan satu kesalahan, yakni adanya koneksi yang datang dari Korut.

- Sony Pictures

Serangan besar terhadap Sony Pictures membuat studio film ini bertekuk lutut di 2014.

Pada saat itu, Sony baru akan merilis film "The Interview", film komedi mengenai sebuah plot untuk membunuh pimpinan Korut Kim Jong-Un.

Peretas mencuri skrip film, keseluruhan film, memo internal, informasi personal atas pemain film The Interview dan karyawan Sony. Mereka kemudian menghapus file di komputer.

Sejumlah petunjuk mengarah pada Lazarus, dan Federal Bureau of Investigation (FBI) mengambil kesimpulan bahwa Korut berada di balik serangan tersebut.

Di awal 2015, Gedung Putih mengumumkan sejumlah sanksi ekonomi akan diterapkan untuk menghukum Korut atas keterlibatannya. Kebijakan itu menargetkan pejabat-pejabat senior Korut.

Korut sendiri membantah keterlibatannya atas masalah ini.

- Sistem subway dan ponsel pintar Korea Selatan

Meski sejumlah aktivitas peretasan sepertinya dimotivasi oleh kian minimnya dana tunai atau retribusi personal, rezim Korut juga melakukan serangan yang lebih tradisional terhadap negara tetangganya.

Pada Desember lalu, Korea Selatan (Korsel) mengatakan Korut telah meretas jaringan intranet militer dan membocorkan informasi rahasia Korsel.

Berdasarkan keterangan badan intelijensi Korsel, ponsel pintar pejabat tinggi Korsel juga diretas pada 2016. Seoul menuduh Korut mencuri pesan tertulis dan komunikasi suara dengan "mengirimkan pesan tertulis yang menarik".

Pyongyang juga diduga menjadi dalang terjadinya peretasan atas 60.000 komputer di Korsel menjadi 'zombie' atau komputer tersebut diatur sedemikian rupa oleh hacker dan bisa digunakan untuk melakukan serangan siber.

Badan intelijensi Korsel mengestimasi, Pyongyang mengambil alih 10.000 komputer dalam satu bulan di 2015.

Di 2013, jaringan utama bank-bank dan broadcaster Korsel juga menjadi korban serangan hacker yang berkaitan dengan Korut.




TERBARU

[X]
×