Sumber: South China Morning Post | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Melansir South China Morning Post, ada sekitar 1,5 juta warga dunia terinfeksi virus corona. Pada saat yang sama, WTO memperingatkan terjadinya resesi terburuk dalam kehidupan kita dari yang pernah ada.
Amerika Serikat mencatatkan hampir sekitar 2.000 kematian akibat virus corona. Pada Selasa lalu, Presiden AS Donald Trump mengkritik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
atas responsnya terhadap pandemi yang dinilai gagal dan terlalu fokus pada China.
Sementara Wuhan, kota di China tempat virus pertama kali dilaporkan, merayakan kebebasannya dari kebijakan penutupan (lockdown) selama hampir 11 minggu. Sementara, banyak negara Barat tetap berada dalam pergolakan darurat kesehatan yang telah menewaskan lebih dari 88.000 orang di seluruh dunia.
Baca Juga: Bill Gates sebut AS akan bebas dari virus corona pada 2021, ini alasannya
Pemerintah dunia bergulat dengan bagaimana menyeimbangkan keselamatan publik dengan dampak buruk dari penguncian terhadap ekonomi yang telah menutup seluruh sektor ekonomi dan menghapus jutaan pekerjaan dalam hitungan minggu.
South China Morning Post melaporkan, ketika krisis ekonomi mulai terasa, para pakar kesehatan menekankan bahwa pelonggaran pembatasan secara prematur dapat mempercepat penyebaran penyakit yang telah menyusup ke hampir setiap negara dan masyarakat, dari pengungsi hingga bangsawan.
AS dan Eropa, kini menjadi pihak dengan jumlah korban terbesar dari kematian dunia.
Baca Juga: Ini isi surat terbuka koordinasi respon global penangananan virus corona untuk G20
Italia, Spanyol dan Prancis adalah tiga negara dengan kondisi paling parah di benua Eropa. Situasi di Inggris juga mulai memburuk, di mana negara ini mencatat rekor kematian mencapai 938 kasus pada Rabu. Di sisi lain, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghabiskan hari ketiga dalam perawatan intensif.