Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Sekelompok ekonom tidak yakin bahwa Rusia akan segera jatuh ke dalam keruntuhan ekonomi, seperti yang dikemukakan oleh beberapa analis.
"Sebaliknya, kemampuan ekonomi Rusia berhasil mengesampingkan hampir semua kemungkinan krisis serius yang disebabkan oleh faktor internal dalam perspektif setidaknya tiga hingga lima tahun," tulis tiga analis dalam sebuah laporan untuk Pusat Analisis dan Strategi di Eropa (Center for Analysis and Strategies in Europe/CASE).
Melansir Business Insider, makalah tersebut membantah anggapan bahwa krisis Rusia akan terjadi tahun depan. Ini merupakan argumen yang dikemukakan oleh para ekonom seperti Yuriy Gorodnichenko.
Analis UC Berkley tersebut mengatakan kepada Business Insider bahwa perdagangan energi Moskow yang melambat dan kekurangan dolar akan menyebabkan krisis.
Bahkan pengamat di dalam negeri memperkirakan akan ada kesulitan pada tahun 2025, termasuk momok stagnasi.
Namun, meskipun Moskow dijamin akan menghadapi tantangan di beberapa titik, penulis CASE memperingatkan untuk tidak menerjemahkan kesulitan menjadi bukti krisis jangka pendek.
Baca Juga: Ini Alasan di Balik Langkah Rusia Setop Pasokan Gas ke Austria
Sebaliknya, ketiga alasan ini akan membuat ekonomi Rusia tetap tangguh:
1. Jangan remehkan permintaan domestik
Menurut laporan tersebut, pasar domestik Rusia telah menjadi faktor yang diremehkan di balik kegigihan negara tersebut.
Setelah invasi Moskow ke Ukraina, konsumsi lokal telah menjaga perekonomian tetap bertahan, dengan permintaan domestik menyalip ekspor sebagai pendorong pertumbuhan utama.
"Di sektor konstruksi saja pada tahun 2023, hingga 30 juta ton baja dikonsumsi (peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 9 persen). Sementara sebelum perang, pada tahun 2021, hanya lebih dari 15 juta ton yang diekspor," kata CASE.
Upaya perang Moskow meningkatkan daya beli jutaan orang, karena kebutuhan akan tentara meningkatkan upah di seluruh negeri. Dengan lebih banyak tenaga kerja yang dibutuhkan di garis depan, meningkatnya kekurangan tenaga kerja di dalam negeri semakin memperparah tren upah.
Orang Rusia berpenghasilan rendah paling diuntungkan, karena tentara yang direkrut sebagian besar berasal dari daerah yang tertekan secara ekonomi. Pada gilirannya, rumah tangga ini menghabiskan banyak uang untuk kebutuhan pokok produk dalam negeri.
Sementara itu, rumah tangga yang lebih kaya telah diuntungkan oleh suku bunga tinggi Rusia, yang telah meningkatkan pendapatan investasi, kata laporan itu.
"Akibatnya, pada tahun 2022–2024, pendapatan anggaran federal dari sumber dalam negeri tumbuh lebih cepat daripada hasil minyak dan gas, yang porsinya telah menurun dari 40–45 persen dari keseluruhan pendapatan pada tahun 2014–2019 menjadi 30–35 persen pada tahun 2023–2024," katanya.
Permintaan juga tidak akan hilang jika perang segera berakhir, kata analis CASE. Di satu sisi, tidak boleh diasumsikan bahwa pengeluaran pertahanan akan berkurang setelah perdamaian kembali, mengingat Kremlin telah mengindikasikan rencana untuk menjaga produksi industri pertahanan tetap berjalan pada tingkat yang tinggi.
Baca Juga: Rusia Hentikan Pasokan Gas ke Austria
Kedua, tentara yang kembali akan membutuhkan perawatan, dan program subsidi yang muncul akan menjaga permintaan agregat tetap bertahan.
2. Belanja perang yang berkelanjutan
Beberapa pihak memperkirakan resesi langsung terjadi jika perang Rusia di Ukraina berakhir, dengan alasan bahwa anggaran perang Kremlin yang besar bertanggung jawab atas kelangsungan hidup ekonomi.
Namun, belanja perang Moskow yang membengkak bukanlah hal yang tidak berkelanjutan, kata CASE.
Meskipun belanja pertahanan dan keamanan nasional sekarang akan mencapai 40% dari semua belanja federal, laporan tersebut mencatat bahwa Kremlin memiliki opsi pembiayaan.
Misalnya, Moskow memiliki "ruang yang sangat besar" dalam pinjaman domestik, mengingat utang pemerintah Rusia sebesar 18,1% terhadap PDB tidak signifikan menurut standar modern.
Pada saat yang sama, pemerintah terus meningkatkan beban pajak baik pada individu maupun perusahaan. Tahun depan, tarif pajak penghasilan tetap yang sudah lama berlaku akan digantikan oleh skala pajak progresif.
3. Inflasi dan masalah ketenagakerjaan bukan masalah
CASE mengakui bahwa lebih banyak pengeluaran dan upah yang lebih tinggi telah menciptakan inflasi yang tinggi, tetapi mengatakan hal itu seharusnya tidak menimbulkan ancaman yang serius.
Karena pertumbuhan harga mencapai 8,54% pada bulan Oktober, itu merupakan kabar baik bagi Moskow, karena inflasi satu digit tidak akan memicu perlambatan. Sebaliknya, kemungkinan besar hal itu akan diperlakukan sebagai "kenormalan baru."
Baca Juga: G7 Tegaskan Komitmen Jatuhkan Sanksi Berat ke Rusia atas Invasi Ukraina
Di sisi ketenagakerjaan, meskipun Rusia diperkirakan kehilangan sebanyak lima juta pekerja pada tahun 2023, pengurangan kelebihan lapangan kerja di antara perusahaan dapat membebaskan 2 juta pekerja, menurut perkiraan CASE.
Laporan tersebut juga mengutip diskusi untuk mengurangi akses mudah ke pendidikan tinggi, dan berpotensi menjadikan perguruan tinggi teknik sebagai persyaratan. Perubahan kebijakan migrasi yang akan mendatangkan lebih banyak tenaga kerja juga sedang diupayakan.
Tonton: China Menang Banyak di Rusia, Salah Satunya di Sektor ini