kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.491.000   15.000   1,02%
  • USD/IDR 15.820   35,00   0,22%
  • IDX 7.204   69,65   0,98%
  • KOMPAS100 1.108   14,06   1,29%
  • LQ45 877   9,28   1,07%
  • ISSI 220   3,39   1,56%
  • IDX30 449   5,06   1,14%
  • IDXHIDIV20 541   5,49   1,03%
  • IDX80 127   1,71   1,37%
  • IDXV30 135   1,49   1,11%
  • IDXQ30 149   1,40   0,95%

3 Pemimpin Dunia Ini Ingin Kaum Perempuan Punya Lebih Banyak Bayi, Mengapa?


Selasa, 12 Desember 2023 / 07:00 WIB
3 Pemimpin Dunia Ini Ingin Kaum Perempuan Punya Lebih Banyak Bayi, Mengapa?
ILUSTRASI. Sejumlah pria paling berkuasa di dunia tampaknya menyepakati satu hal. Kaum hawa harus bisa melahirkan anak sebanyak mungkin. REUTERS/Thomas Peter


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Sejumlah pria paling berkuasa di dunia tampaknya menyepakati satu hal. Kaum hawa harus bisa melahirkan anak sebanyak mungkin.

Dalam sebulan terakhir, para pemimpin Rusia, China, dan Korea Utara mengeluarkan pernyataan yang mendesak perempuan untuk maju dan mengabdi pada negaranya dengan memiliki anak.

Pemimpin China Xi Jinping, salah satunya. 

Xi mengatakan, perempuan memiliki peran penting dan harus membentuk tren baru dalam keluarga. Pernyataan tersebut dirilis Xi, ketika negara tersebut bergulat dengan populasi yang menua dan rekor penurunan angka kelahiran.

Melansir Reuters yang mengutip Xinhua, Xi mengatakan peran perempuan telah menjadi bagian dari diskusi dengan tim kepemimpinan baru Federasi Perempuan Seluruh China, yang beroperasi di bawah Partai Komunis.

Kata Xi, perempuan tidak hanya terkait dengan pembangunan perempuan itu sendiri saat berlaku baik dalam pekerjaan. Akan tetapi juga terkait dengan keharmonisan keluarga, keharmonisan sosial, pembangunan nasional, dan kemajuan nasional.

Baca Juga: Kim Jong Un Menangis dan Memohon, Ini Penyebabnya

"Penting untuk secara aktif menumbuhkan budaya baru dalam pernikahan dan melahirkan anak serta memperkuat bimbingan terhadap pandangan generasi muda tentang pernikahan, persalinan dan keluarga,” katanya.

Senada, Presiden Rusia Vladimir Putin juga mendorong hal yang sama. 

Putin menuntut perempuan Rusia untuk melahirkan sekitar tujuh, delapan atau lebih anak untuk menghentikan kemerosotan populasi.

Melansir Dailymail.co.uk, hal tersebut mengingat bahwa tidak mungkin menyelesaikan masalah kemerosotan demografis yang dahsyat di Rusia dengan lebih banyak uang, tunjangan dan pembayaran sosial. Itulah sebabnya Putin mendesak warga Rusia untuk memiliki lebih banyak anak. 

Hal tersebut dia ungkapkan saat berbicara melalui tautan video di Dewan Rakyat Rusia Sedunia pada hari Selasa (28/11/2023).

"Banyak masyarakat kita yang mempertahankan tradisi keluarga, di mana empat, lima atau lebih anak dibesarkan. Ingatlah bahwa di keluarga Rusia, nenek dan nenek buyut kita memiliki 7 dan 8 anak. Mari kita melestarikan dan menghidupkan kembali tradisi-tradisi ini,” kata Putin.

Dia menambahkan, “Memiliki banyak anak, sebuah keluarga besar, harus menjadi sebuah norma, sebuah gaya hidup bagi seluruh rakyat Rusia. Keluarga bukan sekadar landasan negara dan masyarakat, melainkan fenomena spiritual, sumber moralitas," lanjutnya.

Pemimpin lain yang juga menyerukan hal yang sama adalah Kim Jong Un. 

Baca Juga: Bukan Kemungkinan, Korea Utara: Perang dengan Korea Selatan Hanya Masalah Waktu!

Pemimpin Korea Utara itu memberikan pengakuan yang jarang terjadi mengenai penurunan angka kelahiran di negaranya, dan mendesak para wanita di Korea Utara juga untuk menghasilkan lebih banyak anak.

Dalam sebuah video, Kim Jong-un terekam menangis. Hal itu dia lakukan saat Kim memohon kepada kaum perempuan Korea Utara untuk memiliki lebih banyak anak dan membesarkan mereka agar mencintai negaranya.

Mengutip The Telegraph, Pemimpin Korea Utara itu terlihat menyeka matanya dengan sapu tangan putih saat berpidato di depan ribuan kaum hawa yang berkumpul pada pertemuan ibu-ibu nasional di Pyongyang.

Banyak penonton yang menangis di sampingnya selama acara yang dirancang dengan cermat tersebut. Ini merupakan acara pertama yang diadakan dalam 11 tahun terakhir di tengah meningkatnya kekhawatiran atas penurunan angka kelahiran di negara tersebut.

“Menghentikan penurunan angka kelahiran dan memberikan perawatan dan pendidikan anak yang baik adalah urusan keluarga yang harus kita selesaikan bersama ibu kita,” kata Kim, yang diperkirakan memiliki tiga anak.

Meskipun Korea Utara hanya mengungkapkan sedikit rincian mengenai tren populasinya, pemerintah Korea Selatan memperkirakan tingkat kesuburan di negara tersebut terus menurun selama dekade terakhir. Hal ini akan mengkhawatirkan rezim yang sangat bergantung pada tenaga kerja manual dan dinas militer.

Bukan hanya para politisi

Tidak hanya politisi dunia, para pria dari kalangan pebisnis juga menganjurkan agar memperbanyak jumlah anak. 

Mengutip Business Insider, CEO Tesla Elon Musk pernah mengatakan bahwa dia berniat untuk terus bereproduksi selama dia bisa menjadi ayah yang baik. Hal ini mungkin dianggap sebagai suara paling vokal di antara kelompok tersebut.

"Melakukan yang terbaik untuk membantu krisis kekurangan populasi. Turunnya angka kelahiran adalah bahaya terbesar yang dihadapi peradaban sejauh ini," kata Musk, ayah dari 10 anak dan tiga ibu berbeda, saat menuliskan tweet pada Juli 2022.

Minggu ini, Musk juga mempertimbangkan “moralitas” pasangan DINK, yang merupakan singkatan dari “penghasilan ganda, tanpa anak.”

“Ada moralitas yang buruk bagi mereka yang dengan sengaja tidak mempunyai anak: mereka sebenarnya menuntut agar anak-anak orang lain merawat mereka di hari tua mereka. Itu kacau," tulisnya di X pada hari Senin (11/12/2023).

Kekhawatiran Musk juga dirasakan oleh orang-orang lain dalam gerakan pronatalis, yang percaya bahwa dunia menghadapi bahaya nyata akibat kekurangan penduduk di masyarakat maju. 

Pada tahun 2022, Julia Black dari Business Insider mewawancarai Simone dan Malcolm Collins, pasangan yang ingin semua keturunan mereka memiliki setidaknya delapan anak selama 11 generasi dengan harapan mereka menjadi garis keturunan dominan di planet ini.​

Baca Juga: China Minta Korea Selatan untuk Tidak Mempolitisasi Masalah Ekonomi

Masalah kependudukan

Ada alasan yang jelas mengapa para laki-laki berkuasa ini – terutama para pemimpin negara – cenderung menginginkan lebih banyak perempuan untuk melahirkan anak.

Tahun ini, Biro Statistik Nasional China melaporkan penyusutan populasi pertama di negara itu sejak tahun 1961, dengan penurunan keseluruhan sekitar 850.000 orang. Negara ini juga mencatat angka terendah baru yaitu 6,83 juta pernikahan yang terdaftar.

Xi telah membuat perubahan kebijakan besar-besaran untuk mengatasi penurunan angka kelahiran di China. Pada tahun 2016, pemerintahannya menghapuskan kebijakan satu anak dan mulai mengizinkan pasangan untuk memiliki dua anak. 

Pada Mei 2021, pemerintah China mengumumkan perubahan besar lainnya pada peraturannya: Pasangan dapat memiliki hingga tiga anak.

Sementara itu, Rusia sedang menghadapi krisis populasi yang berbeda. Invasinya ke Ukraina menyebabkan ratusan ribu orang meninggalkan negara tersebut. 

Kementerian Pertahanan Inggris memperkirakan, pada bulan Oktober bahwa 290.000 tentara Rusia telah terbunuh atau terluka di Ukraina.

Baca Juga: Krisis Keuangan, Korea Utara Tutup Lagi Kedutaan di Sejumlah Negara

Sementara itu, tingkat kesuburan penduduk di Korea Utara mengalami penurunan dari 3,67 pada tahun 1955 menjadi 1,79 pada tahun 2023. 

Penurunan tersebut, meskipun tajam, tidak separah krisis populasi yang dihadapi Korea Selatan. Tampaknya Kim juga sangat khawatir. Dia bahkan menitikkan air mata selama konferensi ketika meminta kaum perempuan untuk melakukan bagian mereka.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective [Intensive Boothcamp] Financial Statement Analysis

[X]
×