Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Sanksi internasional yang diterapkan negara-negara Barat membuat Rusia hampir terpojok. Akan tetapi Moskow terus mencari cara untuk menjaga perekonomian negara itu tetap berjalan.
Mengutip Business Insider, mitra dagang Rusia juga tengah mencari cara untuk terus berbisnis dengan negara itu melalui sistem alternatif untuk menyaingi tatanan keuangan global yang didominasi dolar AS dan dipimpin Barat.
Diskusi tentang de-dolarisasi telah mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun terakhir karena sanksi yang dipimpin Barat terhadap Rusia terkait dengan invasinya ke Ukraina membuat negara-negara lain waspada terhadap potensi konsekuensi dari tindakan yang berseberangan dengan Washington.
Sekarang, bahkan bank-bank China — yang menyerah di bawah tekanan sanksi pengetatan AS — mulai menunda pemrosesan transaksi untuk perusahaan-perusahaan Rusia.
Namun, Rusia dan mitranya telah mencari cara lain untuk berbisnis di luar tatanan yang dipimpin Barat. Sebagian karena teknologi mempermudah pemrosesan pembayaran dan menyiasati tatanan keuangan global yang didominasi dolar AS.
Ada beberapa keberhasilan yang mulai tampak. Misalnya saja, perdagangan antara Rusia dan China, serta Rusia dan India, berjalan lancar baru-baru ini.
Seperti yang dijelaskan oleh peneliti Brookings Sam Boocker dan David Wessel dalam sebuah unggahan bulan Agustus, "Inovasi dalam teknologi pembayaran dapat mengurangi peran dolar dalam ekonomi global."
Namun, menurut Sebagian pakar, mata uang dolar AS telah mengakar kuat dalam sistem keuangan dunia, jadi tidak mungkin untuk digulingkan. Hanya saja, platform baru yang akan segera hadir dapat mengikis dominasinya.
Berikut ini adalah beberapa sistem pembayaran dan perdagangan alternatif yang mencoba untuk memecahkan tatanan perdagangan dan pembayaran yang dipimpin AS:
1. Rusia mendirikan SPFS dan Mir
Rusia telah bersiap untuk sanksi yang lebih berat beberapa tahun lalu, menyusul pembatasan perdagangan setelah mencaplok Krimea pada tahun 2014.
"Ada risiko dalam menggunakan jaringan keuangan global," kata Elvira Nabiullina, gubernur bank sentral Rusia, kepada CNBC pada tahun 2018. "Oleh karena itu, sejak tahun 2014, kami telah mengembangkan sistem kami sendiri."
Beberapa bank Rusia dilarang menggunakan sistem pengiriman pesan SWIFT untuk transaksi perbankan setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina. Moskow telah menggembar-gemborkan sistem pembayaran berbasis rubel buatan dalam negeri — Sistem Transfer Pesan Keuangan, atau SPFS — yang didirikan pada tahun 2014.
Menurut Interfax yang mengutip data bank sentral Rusia, pada akhir tahun 2023, pengguna SPFS mencakup 556 organisasi dari 20 negara. Dari jumlah tersebut, 159 — sekitar seperempat dari total peserta — adalah orang asing dan penggunaan sistem pengiriman pesan mereka meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun 2022.
Kantor berita Iran Mehr melaporkan, pada bulan Juli, Rusia dan Iran — negara lain yang dikenai sanksi berat — menyelesaikan perincian untuk menghubungkan sistem perbankan kedua negara.
Ini berarti bahwa sistem pembayaran Mir Rusia akan bekerja dengan sistem perbankan Shetab Iran, yang memungkinkan kedua negara paria untuk berdagang dengan lebih lancar.
Berita Terkait
TERBARU