Sumber: Business Insider | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pasar barang mewah bekas kini jadi salah satu sektor paling cerah di industri mode.
Menurut laporan terbaru Boston Consulting Group (BCG) dan Vestiaire Collective, nilai pasar barang preloved global tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan pasar barang baru. Nilainya diprediksi bisa tembus US$ 360 miliar atau setara dengan Rp 5.965 triliun (kurs Rp 16.572) pada 2030, naik dari kisaran US$ 210–220 miliar atau Rp 3.480-3.645b triliun saat ini.
Dan di antara semua kategori, tas tangan mewah menjadi penggerak utama penjualan barang bekas bernilai tinggi. Dari survei terhadap 8.000 responden, rata-rata 40% koleksi tas mereka dibeli secara secondhand — jauh lebih besar dibandingkan porsi rata-rata 28% untuk isi lemari keseluruhan.
“Tas klasik akan selalu jadi tas klasik,” ujar Lara Osborn, SVP Merchandising & Fulfillment di retailer barang mewah preloved Fashionphile, kepada Business Insider.
Dia menambahkan, “Model tas jauh lebih abadi dibandingkan pakaian atau sepatu, lebih tahan pakai, dan cocok untuk semua ukuran tubuh.”
Selain itu, tas mewah juga lebih mampu mempertahankan nilai jualnya.
“Konsumen sekarang sudah terlatih untuk berpikir soal nilai jangka panjang,” kata Osborn.
Banyak pemburu tas kini mencari item yang masih lengkap dengan kemasan asli dan sertifikat keaslian, karena itu akan memudahkan proses jual kembali.
Menurut survei BCG–Vestiaire, 41% penjual barang bekas menjual tas mereka untuk mendapatkan kembali nilai residu, sementara 62% melakukannya agar bisa belanja lagi.
Meski hanya segelintir tas yang bisa dijual kembali lebih mahal dari harga aslinya, sebagian besar pembeli tidak selalu mengejar profit besar.
Baca Juga: Kemenkeu Pastikan Tarif PPN 12% Tetap Berlaku untuk Barang Mewah pada 2026
“Kemenangan sejati adalah ketika Anda bisa beli, pakai, nikmati, lalu jual lagi dan mendapatkan sebagian besar uangmu kembali,” ujar Osborn.
“Anda sebenarnya punya aset di lemari — uang yang menunggu untuk digunakan lagi,” ujarnya.
Tas-tas yang paling tahan nilai biasanya juga menjadi produk terlaris Fashionphile, yang mereka sebut “heritage icons” atau model aman yang tak lekang oleh waktu.
“Orang sekarang mencari gaya yang timeless. Anda tidak akan terlihat ketinggalan zaman, entah itu satu tahun atau tiga tahun ke depan,” jelas Osborn.
1. Louis Vuitton Speedy
Tas ini adalah legenda hampir 100 tahun, dan masih jadi favorit di seluruh dunia.
“Modelnya banyak, ukurannya beragam, dan tiap rilis baru membuat orang ingin mengoleksi lagi,” kata Osborn.
“Begitu melihat orang lain mengumpulkan, muncul dorongan untuk ikut memiliki.”
Di Fashionphile, harga Speedy berkisar antara US$ 615 (Rp 10,191 juta) hingga US$ 12.875 (Rp 213,364 juta). Sedangkan versi baru dari butik Louis Vuitton dibanderol mulai US$ 1.920 (31,818 juta).
Baca Juga: Bos Konglomerat Barang Mewah LVMH Menentang Pajak Orang Kaya di Prancis
2. Chanel Double Flap
Didesain oleh Karl Lagerfeld pada 1980-an, tas klasik dengan kait double C dan tali rantai berlapis kulit ini adalah ikon sejati dunia fashion.
Tas ini menjadi tas kedua paling banyak dibeli di Fashionphile tahun ini dan populer di semua generasi.
Harga Chanel Double Flap di Fashionphile berkisar US$ 2.080 (Rp 34,469 juta)–33.075 (Rp 548,118 juta). Sementara dari butik Chanel dibanderol mulai US$ 91,146.