Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIRUT. Aksi unjuk masa di Syiria karena menentang pemerintahan Presiiden Bashar al-Assad kian menelan banyak korban jiwa. Setidaknya, ada 32 demonstran yang tewas di tangan pasukan militer Syiria. Tak hanya itu, pemerintah setempat juga menahan 300 pengunjuk rasa.
Menurut Ammar Qurabi dari National Organization for Human Rights di Syiria, setidaknya ada 27 orang yang tewas hari ini di wilayah suburban ibukota Damaskus, yakni Homs governorate dan Daraa. Di lokasi ini memang gencar dilakukan aksi demonstrasi menentang presiden Syiria yang dimulai sejak pertengahan Maret lalu.
Sementara, berdasarkan laporan Qurabi dan Mahmoud Merhi, head of Arab Organization for Human Rights, lima orang tewas kemarin pada saat melakukan reli di kawasan suburban Damaskus.
Disinyalir, kian gencarnya pembubaran aksi demonstran ini terjadi setelah Presiden AS Barack Obama beserta aliansi Eropa menghimbau agar al-Assad segera mundur dari jabatannya.
Sekadar informasi saja, kemarin, Obama mengeluarkan pernyataan yang mengatakan masyarakat Syiria berhak untuk menentukan hidupnya sendiri. Pernyataan itu dikeluarkan setelah Presiden kulit hitam AS pertama itu melakukan koordinasi dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
"Warga Syiria menghadapi dengan gagah berani kebrutalan yang dilakukan oleh pemerintahan mereka. Demi kemaslahatan warga Syiria, sudah saatnya bagi Presiden Assad untuk mundur," kata Obama.
Selain itu, hari ini, Uni Eropa mengatakan, pihaknya sepakat untuk memperluas pemberian sanksi atas rezim Syiria, termasuk mempersiapkan embargo atas minyak Syiria ke dalam kawasan Eropa.
"Ada himbauan untuk mundur dari negara Barat terhadap Assad dipastikan memiliki dampak besar. Mereka akan lebih mengekang rakyat dan memperketat keamanan atas reli yang berlangsung," jelas Merhi.
Dapat dukungan Rusia
Tidak semua negara meminta Assad meletakkan jabatannya. Rusia merupakan salah satu negara yang masih mendukung Presiden Assad. Dalam situs resminya, Kementrian Luar Negeri Syiria di Moscow mengatakan, Assad membutuhkan waktu untuk mengimplementasikan perubahan seperti yang ia janjikan di Syiria.
"Kami tidak setuju dengan AS dan Uni Eropa. Kami akan terus mendukung dan melanjutkan kerjasama dengan pemerintah Syiria," demikian pernyataan Kementrian Luar Negeri Syiria.