Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Jerman mencatatkan jumlah kebangkrutan perusahaan tertinggi sejak 2009 pada kuartal terakhir tahun lalu, menurut sebuah studi dari Halle Institute for Economic Research (IWH) yang dirilis pada Kamis (9/1).
Lonjakan ini mencerminkan dampak dari suku bunga yang tinggi dan harga yang meningkat.
Pada kuartal keempat tahun 2024, sebanyak 4.215 perusahaan mengalami kebangkrutan, yang mempengaruhi hampir 38.000 pekerjaan.
Baca Juga: Pemimpin Eropa Marah Besar kepada Elon Musk, Ini Penyebabnya
Angka ini mencatatkan level yang tidak terlihat sejak krisis keuangan global pada pertengahan tahun 2009.
Jika dibandingkan dengan kuartal keempat tahun 2023, jumlah kebangkrutan pada akhir tahun lalu meningkat sebesar 36%, menurut perhitungan IWH.
Institut ini mengaitkan perkembangan negatif ini tidak hanya dengan krisis ekonomi saat ini dan kenaikan biaya energi serta upah, tetapi juga dengan kebijakan moneter di masa lalu.
“Tahun-tahun dengan suku bunga yang sangat rendah telah mencegah terjadinya kebangkrutan dan selama pandemi, kebangkrutan tidak terjadi berkat subsidi seperti tunjangan kerja waktu pendek,” kata Steffen Mueller, kepala penelitian kebangkrutan di IWH.
Baca Juga: Rusia Tolak Usulan Masuknya Jerman dan Jepang Jadi Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB
Kenaikan suku bunga dan penghapusan subsidi dianggap sebagai pemicu efek tertunda terhadap peningkatan jumlah kebangkrutan yang sudah dimulai sejak 2022, jelas Mueller.
Dari sisi sektor, sektor jasa mencatatkan lonjakan terbesar dalam jumlah kebangkrutan, meningkat 47% dibandingkan tahun sebelumnya, lebih tinggi daripada sektor manufaktur yang meningkat sebesar 32%.