kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada Potensi Kiamat Internet pada 2025, Begini Penjelasan NASA


Rabu, 05 Juli 2023 / 04:26 WIB
Ada Potensi Kiamat Internet pada 2025, Begini Penjelasan NASA


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

- Ada kemungkinan kecil bahwa badai matahari dapat memicu pemadaman listrik

Menurut sebuah penelitian dari dua tahun lalu, kemungkinan badai yang memicu pemadaman internet sangat kecil. Tapi ancamannya masih tidak bisa diremehkan.

Sebuah studi tahun 2021 — diterbitkan oleh Sangeetha Abdu Jyothi, seorang pakar ilmu komputer di University of California, Irvine — menyimpulkan bahwa ada kemungkinan 1,6% hingga 12% bahwa gangguan yang diperpanjang pada internet dapat terjadi dalam dekade berikutnya karena badai matahari.

Studi selanjutnya memperkirakan bahwa kegagalan sebesar itu dapat merugikan ekonomi AS — di mana risiko gangguan internet lebih tinggi daripada di Asia — sebanyak US$ 7 miliar per hari.

- Gangguan semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya

Informasi dari NASA menyebutkan, badai matahari yang merusak pada tahun 1989 menyebabkan pemadaman listrik di Quebec selama 12 jam. Kondisi itu membuat jutaan warga Kanada hidup dalam kegelapan dan menutup sekolah dan bisnis.

Sebelumnya, pada tahun 1859 ketika terjadi badai matahari paling intens yang pernah tercatat, Carrington Event, mendatangkan malapetaka. Badai memicu kebakaran di stasiun telegraf dan mencegah pengiriman pesan.

Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) Waspadai Tren Harga CPO dan Fenomena El Nino Tahun Ini

- Penyelidikan NASA bisa menjadi kunci untuk mencegah kiamat internet

Bertahun-tahun yang lalu, badan antariksa merilis Parker Solar Probe dalam upaya untuk mencegah apa yang disebut Weather Channel dalam laporan bulan Juni sebagai "kiamat internet".

Pesawat ruang angkasa itu diluncurkan pada 2018 dalam perjalanan yang pada 2021 membawanya mendekati permukaan matahari, memasuki atmosfer atasnya, korona, tempat angin matahari dihasilkan, menurut NASA. 

Di sanalah wahana itu mengalami kondisi yang keras untuk mengumpulkan informasi penting tentang matahari, yang menurut para peneliti NASA mengarah pada wawasan baru tentang bagaimana angin matahari mencapai kecepatan supersonik dan berdampak pada sistem cuaca luar angkasa yang lebih besar.

"Sama seperti pendaratan di Bulan memungkinkan para ilmuwan untuk memahami bagaimana itu terbentuk, menyentuh bahan penyusun Matahari akan membantu para ilmuwan mengungkap informasi penting tentang bintang terdekat kita dan pengaruhnya terhadap tata surya," kata agensi tersebut dalam sebuah pernyataan. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×