Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Para kardinal berkumpul pada hari minggu ini dalam pertemuan umum untuk membahas tantangan Gereja Katolik yang beranggotakan 1,4 miliar umat. Hanya mereka yang berusia di bawah 80 tahun yang akan memasuki konklaf tertutup pada 7 Mei mendatang untuk memilih paus baru.
Dalam pertemuan ini, para kardinal memiliki kesempatan menyampaikan pidato mengenai visi masa depan Gereja.
Pada 2013, Bergoglio, yang saat itu menjabat Uskup Agung Buenos Aires, menyampaikan refleksi singkat yang menyerukan perlunya keterbukaan terhadap dunia modern. Pidato itu disebut-sebut sebagai faktor penentu terpilihnya sebagai paus.
Baca Juga: Linimasa: Kehidupan dan Masa-Masa Penting Paus Fransiskus
“Pidatonya membuat para kardinal merasa bahwa Roh Kudus telah menunjukkan pilihannya,” ujar Austen Ivereigh, penulis biografi Paus Fransiskus sekaligus kolaborator dalam salah satu bukunya. “Usulan Bergoglio benar-benar mengejutkan mereka.”
Masih belum diketahui apakah ada kardinal lain yang mampu memberikan pidato sekuat itu dalam pertemuan pekan ini.
Paus Fransiskus semasa hidupnya juga memprioritaskan penunjukan kardinal dari negara-negara yang belum pernah memiliki perwakilan, seperti Myanmar, Haiti, dan Rwanda. Hal ini menyebabkan banyak dari sekitar 135 kardinal pemilih tidak saling mengenal dengan baik.
Mereka bisa saja memilih melanjutkan warisan Fransiskus dengan memilih orang luar lain, atau kembali ke model kepemimpinan seperti Paus Benediktus XVI, seorang pejabat senior Vatikan yang lama berkarya dalam struktur internal sebelum naik takhta.
Menurut Thavis, respons luar biasa dari umat Katolik terhadap wafatnya Paus Fransiskus bisa memengaruhi arah pemilihan.
Baca Juga: Menanti Putihnya Asap Vatikan: Siapa Paus Selanjutnya?
“Para kardinal menyaksikan curahan cinta dan rasa hormat kepada Fransiskus,” katanya.
“Itulah alasan lain mengapa kemampuan menjalin koneksi dengan umat bisa lebih menentukan dibandingkan keahlian manajerial dalam pemilihan mendatang.”